Sejarah

3 September 1985, Wafatnya KH Abdullah Syafi'ie Ulama Betawi Getol Perangi Kesyrikan

KH Abdullah Syafi'ie. Ulama Betawi KH Abdullah Syafi'ie meninggal dunia pada 3 September 1985. Foto: IST.
KH Abdullah Syafi'ie. Ulama Betawi KH Abdullah Syafi'ie meninggal dunia pada 3 September 1985. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Tiga puluh tujuh tahun lalu saat Jakarta memasuki waktu Subuh, tepatnya 3 September 1985, Jakarta berduka, umat Islam bersedih karena kehilangan ulama tawadu KH Abdullah Syafi'ie. Ketika itu siaran radio As-Syafi’iyah ba'da Subuh mengumumkan meninggalnya ulama yang dikenal dengan panggilan Kiai Dulloh itu.

Tidak lagi terdengar suara lantang ulama Betawi itu, yang sejak 1967 selalu mengumandangkan dakwahnya setiap habis subuh. Radio yang banyak pendengarnya itu, terus mengumandangkan ayat-ayat suci Alquran. Dengan suara lirih, penyiar mengumumkan meninggalnya almarhum dalam usia 75 tahun, pukul 00.30 saat menuju RS Islam.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Mudah Tertipu Dukun?

Ratusan ribu warga Ibukota sejak pagi berduyun-duyun melayat ke kediamannya di Kampung Bali Matraman, Jakarta Selatan. Masjid Al-Barkah, yang dibangunnya ketika almarhum berusia 23 tahun, harus berkali-kali menampung para jamaah saat berlangsung shalat jenazah. Sementara suara takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang.

Perjalanan hidup kyai kharismatik ini, rupanya sejak muda memang sudah ditakdirkan untuk tidak pernah berhenti mengajak orang mendekatkan diri kepada Allah. Seperti dituturkan putranya, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie (yang sudah wafat pada 10 Juli 2021 -- baca beritanya di sini), saat saya wawancarai pada September 2001, ayahnya Kiai Dulloh pada usia 17 tahun sudah memperoleh Soerat Pemberi Tahoean : Boleh mengajar di langgar partikulir.

BACA JUGA: Pesulap Merah Vs Dukun, KH Zainuddin MZ: Jangan Tertipu Dukun, Pemburu Hantu Pakai Sorban dan Gamis

Pada usia remaja inilah, KH Abdullah Syafi’ie mulai berdakwah. “Dan dimulai dari kandang sapi,” kata Kiai Abdul Rasyid. Ketika itu almarhum meminta izin kepada ayahnya, H Sjafi’ie bin Sairan untuk menggunakan kandang sapi sebagai kegiatan dakwah. “Sapi dijual, kandang dibersihkan, dilapisi bilik, lalu dipakai untuk madrasah”.

Tapi, begitu tawadhu-nya ulama Betawi ini. Biarpun namanya sudah tersohor, perguruan dan majelis taklimnya berkembang pesat, ia tidak menampakkan kesombongan sedikit pun. Selalu mau dekat dengan rakyat kecil. “Saya ini kan cuma khadam (pelayan).” Itulah kalimat yang sering diucapkannya. Maksudnya, dia hanyalah pelayan untuk mengajak masyarakat mendekatkan diri kepada Allah.

BACA JUGA: Kronologi Perseteruan Marcel Pesulap Merah Vs Gus Samsudin, Terbongkarnya Trik Kesaktian Dukun Palsu