Budaya

Banyak Kuburan yang Dikeramatkan Alasan Mengapa Nama Kampung di Jakarta Banyak Pakai Nama "Kramat"

Ilustrasi Kuburan Keramat. Banyaknya kuburan yang dikeramatkan masyarakat membuat nama kampung di Jakarta menggunakan nama
Ilustrasi Kuburan Keramat. Banyaknya kuburan yang dikeramatkan masyarakat membuat nama kampung di Jakarta menggunakan nama "kramat". Foto: Republika.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Tidak ada kota besar di Indonesia yang begitu banyak mengabadikan nama kramat (keramat) seperti Jakarta. Baik untuk nama kelurahan, kampung, jalan, atau tempat. Misalnya, Kampung Kramat Kalong di Batucepeer, Tangerang, Kramat Tunggak di Jakarta Utara, Kramat Jati di Jakarta Timur, dan Kramat Kalong di tepi kali Mookervaart, Grogol, Jakarta Barat. Lalu, Kramat Kwitang, Kramat Pulo, dan Kramat Sentiong di Jakarta Pusat.

Tentunya, nama-nama itu hanya sedikit dari ratusan kampung dan tempat yang dimulai dengan nama kramat. Itu membuktikan nama kampung kramat tersebar di lima wilayah ibu kota.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Cerita Penggusuran Makam-Makam Keramat di Jakarta, Dibongkar Ternyata Isinya Kosong

Kata kramat kemungkinan berasal dari bahasa Arab karomah. Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Haji Irwan Sjafi’ie menceritakan di masa lalu banyak dijumpai kuburan atau makam yang dikeramatkan penduduk. Mungkin karena itu, sekalipun makam-makam tersebut sudah tergusur, namanya hingga kini masih membekas.

Sementara Budayawan Betawi Ridwan Saidi (60 tahun) dalam Babad Tanah Betawi menjelaskan, di kampung-kampung kramat itu biasanya terdapat makam dari seseorang yang amat dihormati. Orang yang makamnya dikeramatkan itu biasanya mempunyai gelar Nyai, Aki (Ki), Kumpi, atau Datu/Dato yang menurut Ridwan mengacu kepercayaan pada masa-masa sebelum Islam.

BACA JUGA: Nama Kota Tua Diganti Jadi Batavia: Ini Pintu Kecil Menuju Benteng Batavia Zaman Belanda

Menurut H Irwan, adanya kramat-kramat ini kemungkinan bikinan penjajah Belanda dalam rangka merusak akidah umat Islam. Bukan hanya makam, pohon-pohon rindang juga dipercaya sebagai tempat yang dikeramatkan dan dianggap angker.

Tempat ini juga dipercaya sebagai istana atau kediaman kuntilanak. Entah dari mana asalnya, menurut cerita, kultilanak jelmaan orang yang mati beranak. Konon, di kepalanya terdapat paku yang apabila dicabut ia akan terbang.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Versi Terbaru Update September 2022: Gratis dan Mudah

Sampai 1950-an, cerita-cerita macam ini masih dipercaya banyak orang. Sekitar tahun 1949, sebelum dibangun Jl Rasuna Said, Kuningan, terdapat sebuah jembatan gantung. Di bawah jembatan Dukuh Atas ini, yang saat itu menghubungkan Kuningan (Jakarta Pusat) dan Jl Gatot Subroto (Jakarta Selatan), terdapat kramat Si Dangdang.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
>
FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.