Wisata

Kisah Askar Sita HP Jamaah yang Selfie di Depan Kakbah

Seorang jamaah sedang selfie di depan Kabah. Foto: Kurusetra.
Seorang jamaah sedang selfie di depan Kabah. Foto: Kurusetra.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pada November 2021, Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan peraturan resmi melarang pengambilan swafoto (selfie) foto, dan video di Masjidil Haram di Mekkah, dan Masjid Nabawi di Madinah. Larangan itu dikeluarkan untuk memberi pesan jamaah harus menjaga kehormatan dan martabat serta adab di tempat ibadah.

Namun, sebelum peraturan itu dikeluarkan, tak sedikit jamaah yang mengabadikan momentum ketika berada di Masjidil Haram atau bahkan di depan Kabah. Seperti kisah yang dialami kami pada 2016.

"Haji... Haji... La selfie," kata seorang askar dengan gerakan melambaikan tangan menegur jamaah yang sedang melakukan selfie atau swafoto di depan pintu Ka'bah, Ahad (27/11). Jamaah yang menggunakan gamis dan jilbab berwarna hitam itu pun langsung menyembunyikan ponsel pintar miliknya yang digunakan untuk berswafoto.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hampir di setiap sudut Masjidil Haram yang dilewati, kami menemukan orang yang sedang asyik berswafoto atau berfoto beramai-ramai (wefie). Bahkan, tidak jarang kami menemukan yang nekat berfoto dengan Ka'bah sebagai latar belakangnya. Di depan pintu Ka'bah, di belakang Maqom Ibrahim, di dalam Hijr Ismail, hingga di tempat Sa'i.

Sebenarnya saat memasuki area halaman luar Masjidil Haram, Kerajaan Saudi lewat pengurus Masjidil Haram sudah memberikan rambu-rambu bergambar larangan mengambil gambar atau foto di lingkungan masjid. Namun, meski rambu-rambu itu cukup banyak dipasang di beberapa sisi Masjidil Haram, tetap saja tidak sedikit jamaah yang mengabadikan gambar beku lewat kamera ponsel, kamera saku, hingga kamera profesional.

Kami juga sempat ditegur saat sedang mengabadikan Ka'bah dari Rukun Iraqi lewat kamera saku. Tapi yang menegur bukan askar atau petugas Masjidil Haram, melainkan seorang perempuan berparas ayu khas Jawa Tengah yang minta tolong difotokan bersama keluarganya.

"Excuse me, could you take my photo. Please," kata dia dengan aksen Jawa sembari menyodorkan ponsel pintarnya.

"Monggo, Mba," kata kami yang dijawab senyuman oleh perempuan itu.

"Walah, Mas'e orang Indonesia, tho."

Ustaz Ahmad Zakiudin, muthawif atau pembimbing umrah kami mengatakan, jika askar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di Madinah cukup tegas soal jamaah yang mengambil foto. "Hati-hati saja kalau mau ambil foto," kata pria asal Lombok itu.

Lambaian tangan, teguran lisan, atau bahkan 'penyitaan' ponsel atau kamera kerap diterima jamaah Masjidil Haram yang nekat mengambil foto meski sudah ditegur. Namun, bagi jamaah yang beruntung bisa leluasa mengabadikan gambar beku alias foto atau merekam suasana putaran tawaf tanpa ditegur askar yang sedang bertugas.

Ketika sedang menunggu adzan di shaf kedua, kami juga menyaksikan seorang jamaah pria berdebat meminta ponselnya yang disita askar dikembalikan. Sebelumnya kami melihat pria itu nekat memfoto Ka'bah saat adzan sedang berkumandang di dekat lingkaran Hijr Ismail. Padahal, beberapa askar sedang berkumpul guna mensterilkan tempat untuk imam Masjidil Haram memimpin shalat fardu.

Muthawif kami berpesan, berfoto atau mengambil gambar foto di dalam Masjidil Haram boleh saja, asalkan jangan sampai menimbulkan rasa riya. "Asal tujuannya baik," ucap pria yang sudah dua tahun tinggal di Makkah tersebut.