Hikmah

Kalau Haram, Kenapa Allah Menciptakan Babi?

Babi salah satu hewan yang haram dikonsumsi umat Islam.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Ada sejumlah makanan dan minuman yang diharamkan Allah untuk hambanya. Salah satunya Babi. Namun, jika Babi diharamkan, mengapa Allah menciptakan makhluk tersebut?

Babi hewan yang diharamkan bagi umat Islam untuk dikonsumsi dan dimanfaatkan semua bagian tubuhnya untuk dijadikan barang yang dikenakan, seperti sepatu kulit babi, hingga kuas untuk bersolek. Dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah 173, babi termasuk ke dalam salah satu makanan haram, bersama darah, bangkai dan turunannya. “Bagi umat Islam, babi tidak dimakan sebagaimana disebut Alquran Al-Baqarah 173 dalam kondisi normal (boleh ketika emergency). Tapi ayat ini bukan perintah takutlah atau bencilah babi. Babi juga ciptaan Tuhan. Tidak juga ada perintah bencilah orang-orang yang makan babi,” ujar Pengurus PCIM Amerika Serikat, Muhamad Ali seperti dinukil dari situs resmi Muhammadiyah.

Tak hanya umat Islam, secara umum umat Yahudi juga mengharamkan mengkonsumsi babi dengan alasan yang beragam. Ali berkata, ada yang beranggapan babi dianggap tidak bersih dan faktor ekologis di Timur Tengah. Namun ada juga faktor tabu sosial.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Akan tetapi, sebagian besar umat Kristiani, kecuali Kristen ortodoks, membolehkan konsumsi babi," ucap pengajar di University of California ini.

BACA JUGA: UAH Ungkap 4 Keutamaan Sholat Tahajud: Angkat Derajat, Keberkahan Rezeki

Alasan “saintifik” bahwa babi mengandung cacing dan sumber penyakit yang sering disebut sebagai alasan keharaman tidaklah benar-benar saintifik. Dijelaskan Ali, miliyaran orang Kristen dan banyak penganut agama dan budaya, mengkonsumsi babi dan tidak ada itu bukti babi sumber penyakit.

“Banyak penganut agama lokal di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, mengkonsumsi babi dan babi terbukti bukan penyebab penyakit manusia. Kalau babi berbahaya karena bakteri atau virus, seluruh ilmuwan pasti sudah lama sepakat babi dilarang dikonsumsi,” terang Ali.

Karena itu, Ali menyimpulkan pelarangan konsumsi babi lebih merupakan perkara keimanan, pemaknaan bersih tidaknya hewan tertentu (purity), persepsi, tabu, tradisi, dan konteks, bukan perkara sumber penyakit dan kesehatan. Karena itu, penting saling memahami dan menghargai.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.