Gus Baha Ungkap Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi

KURUSETRA -- Salam Sedulur... KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan peringatan Nuzulul Qur'an tidak hanya boleh dilakukan pada malam 17 Ramadhan saja. Nuzulul Quran, kata Gus Baha, boleh diperingati di hari lain selama Ramadhan. Sebab, malam Nuzulul Qur'an dikaitkan dengan malam seribu bulan alias Lailatul Qadar sebagai malam mulia.
Dalam obrolannya di akun YouTube Najwa Shihab, menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjelaskan tradisi di pesantren terkait malam Nuzulul Quran. "Kalau tradisi pesantren, sebuah tradisi yang mengilhami banyak tradisi di masyarakat, pada malam 17 Ramadhan mulai banyak yang mengadakan Nuzul Qur'an, ada juga yang malam 21, 23, 25 dan 27 Ramadhan," kata Gus Baha.
Mayoritas ulama sepakat Alquran pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar, seperti dalam firman Allah SWT di Surah Al-Qadr ayat 1-3. Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada 1.000 bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3).
BACA JUGA: Terburu-buru Baca Alquran Selama Ramadhan, Ternyata Rasulullah Melarang Mengkhatamkan Alquran Terlalu Cepat
Namun, kata Gus Baha menjelaskan, para pakar tafsir berbeda pandangan tentang kapan Alquran pertama kali diturunkan. Pendapat pertama Alquran turun mulai 17 Ramadhan dan pendapat lainnya menyebut Alquran diturunkan mulai 24 Ramadhan.
"Ada yang terlalu ekstrem mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu tidak ada lagi. Karena Lailatul Qadar itu malam turunnya Alquran dan sekarang Alquran tidak turun lagi. Malah ngeri seperti itu, kacau," tegas murid Mbah Moen itu.
Karena itu, Gus Baha memilih pendapat ulama Nusantara yang tetap merayakan malam Nuzulul Qur'an dan berkeyakinan Alquran diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Meski begitu Gus Baha tidak bisa memaksa karena kapan merayakan Malam Nuzulul Quran dikembalikan kepada keyakinan masing-masing umat Islam. Bahkan Gus Baha juga membolehkan jika kaum Muslimin memulai merayakan malam Nuzulul Qur'an dari awal Ramadhan dengan cara mencari Lailatul Qadar sejak awal Ramadhan.
BACA JUGA: Kalau Haram, Kenapa Allah Menciptakan Babi?
Ia menjelaskan teks tentang Lailatul Qadar yang disampaikan Nabi Muhammad SAW hanya carilah malam Lailatul Qadar di malam akhir Ramadhan. "Yang namanya mencari, itu harus ada persiapan. Tidak ada persiapan lalu merasa mencari malam Lailatul Qadar. Ini namanya penunggu malam Lailatul Qadar, bukan pencari," kata Gus Baha.
Karena itu, Gus Baha menyebut bagi yang yakin Lailatul Qadar turun pada malam 20 Ramadhan dan seterusnya, maka persiapannya bisa sejak awal Ramadhan atau sejak bulan Rajab. Sebab menurut Gus Baha, istilah Nuzul Qur'an punya beberapa redaksi, di mana aslinya boleh menggunakan redaksi malam tanzilul Qur'an atau Nuzulul Qur'an.
Sehingga, kata Gus Baha, Tanzil Qur'an dan Nuzulul Qur'an sah untuk menyebut malam yang istimewa dalam bulan Ramadhan. Mufasir berpendapat, kata Gus Baha, anzala itu turun dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, kalau tanzil itu turun dari langit dunia ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap.
Namun, yang pas itu malam Tanzilul Qur'an atau malam Inzalul Qur'an. Gus Baha mengungkapkan ulama memilih Nuzulul Qur'an agar masyarakat tidak salah paham karena redaksi inzal umumnya berkaitan dengan mandi junub.
"Kiai itu pintar, meskipun Lailatul Qadar hanya ada sehari, tapi kebaikan tidak boleh terbatas pada hari tertentu saja. Sehingga malam Lailatul Qadar bukan hanya malam 27 Ramadhan," jelas Gus Baha.
BACA JUGA: Sultan Agung, Raja Jawa yang tak Tunduk kepada Penjajah
