Ketua Muhammadiyah Musnahkan Wayang karena Gambarkan Nabi dan Malaikat
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Polemik wayang membuat banyak pihak angkat bicara. Mulai dari menteri hingga warganet, termasuk dua ormas Islam besar PBNU dan PP Muhammadiyah. Namun tahukah Anda, meski Muhammadiyah tidak mengharamkan wayang, ada cerita salah satu tokoh lokal Voorziter (ketua) Muhammadiyah, R Ismojohardjono memusnahkan wayang.
Pemusnahan wayang itu dilakukan Ismojohardjono bukan tanpa sebab. Meski Muhammadiyah tidak mengharamkan wayang tetap berpedoman pada kaidah dasar terkait akidah, hukum-hukum syariat, dan asas kemanfaatan dalam menjalankan kesenian. Atas dasar itulah, Ismojohardjono memusnahkan Wayang Dobel milik Kiai Amat Kasman asal Desa Slametan, Yogyakarta.
Pemusnahan wayang itu dilakukan dengan cara ditanam. Alasannya, karena wayang tersebut menggambarkan sosok nabi dan malaikat yang dilarang dipersonifikasikan dalam ajaran Islam, demikian tercatat pada Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Volume 1 (1990), yang dikutip Kurusetra dari muhammadiyah.or.id, Sabtu (19/2/2022).
Namun kisah R Ismojohardjono ini termasuk kisah langka di warga Muhammadiyah. Di luar itu, Muhammadiyah justru menggunakan wayang sebagai media dakwah.
BACA JUGA: Gus Baha: Sunan Giri Sebut Wayang Haram, Sunan Kudus Bilang Digepengkan Biar Halal
Mujamil Qomar dalam Moderasi Islam Indonesia (2021) mencatat seorang tokoh Muhammadiyah asal Purwokerto, Subur Widadi telah berdakwah menggunakan wayang jauh sebelum gagasan dakwah kultural dirumuskan Muhammadiyah pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 2002.
Memakai kaidah fikih “al-muhafadzah ‘ala al-qadim al-shalih, wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”, atau “memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik”, Subur menggunakan salawat yang dikemas dengan syair-syair Banyumasan pada gelaran wayangnya.
Selain Subur, tokoh Muhammadiyah lain asal Klaten, Suryadi Warnosuhardjo menciptakan Wayang Kulit Sadat (syahadat) pada 1985 sebagai media dakwah. Kisah yang dibawakan berkisar antara kisah-kisah para sembilan wali dan penyebaran dakwah Islam di Jawa, demikian catat Majalah Adiluhung Edisi 03 (2013).
BACA JUGA: Cak Nun: Wayang Itu Syirik Kalau Jadi Penyebab Menduakan Tuhan
Persada Indonesia sedang disibukkan dengan isu pengharaman wayang. Ustadz Khalid Basalamah menjadi sasaran tembak karena dituding mengharamkan wayang, meski dalam video klarifikasi sekaligus permintaan maafnya, Ustadz Khalid menyatakan tidak pernah ada kata-katanya mengharamkan wayang.
Dalam akun resmi Instagramnya, @khalidsasalamahofficial, Senin (14/2/2022), Ustadz Khalid menegaskan dalam jawaban di potongan video yang viral tersebut, tidak ada kata-katanya yang mengharamkan wayang. Ia menyampaikan hanya mengajak agar menjadikan Islam sebagai tradisi.
BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh
"Video ini teman-teman kami buat untuk klarifikasi sekaligus permohonan maaf atas potongan pertanyaan yang diajukan salah satu cuma beberapa tahun baru di Masjid Blok M di Jakarta, dan sekaligus jawaban kami tentang masalah wayang," kata Ustadz Khalid.
"Saya akan coba mengklarifikasi jawaban kami, saya coba bagi menjadi tiga bagian saudaraku seimam juga sebangsa dan setanah air. Yang pertama adalah lingkupnya adalah pengajian kami dan jawaban seorang dai Muslim kepada penyanya Muslim. Itu dulu batasannya."
"Dan saya pada saat ditanyakan masalah wayang, saya mengatakan alangkah baiknya dan kami sarankan, kami sarankan agar menjadikan Islam sebagai tradisi jangan menjadikan tradisi sebagai Islam. Dan tidak ada kata-kata saya di situ mengharamkan," kata Ustad Khalid menegaskan.
"Saya mengajak agar menjadikan Islam sebagai tradisi, makna kata-kata ini juga kalau ada tradisi yang sejalan dengan Islam, tidak ada masalah dan kalau bentrok sama Islam ada baiknya ditinggalkan, ini sebuah saran."
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita sejarah, humor, hingga sejarah dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.