Sejarah

Sebelum BTS, Ali Sadikin Sudah Lebih Dulu Keliling Las Vegas

BTS mengungumkan akan konser di Las Vegas pada April mendatang. Jauh sebelum BTS datang ke Las Vegas, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin sudah lebih dulu keliling kota judi tersebut untuk studi banding.
BTS mengungumkan akan konser di Las Vegas pada April mendatang. Jauh sebelum BTS datang ke Las Vegas, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin sudah lebih dulu keliling kota judi tersebut untuk studi banding.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Grup musik asal Korea, BTS mengumumkan konser "Permission To Dance On Stage" akan digelar di Allegiant Stadium, Las Vegas pada 8-9 April dan 15-16 April melalui siaran langsung. Namun, jauh sebelum BTS datang ke Las Vegas, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin sudah lebih dulu berkunjung ke kota judi tersebut untuk belajar menata kota Jakarta.

Bang Ali, begitu Ali Sadikin biasa disapa, memimpin Jakarta dari 1966 sampai 1977. Saat diangkat jadi gubernur oleh Presiden Soekarno, kondisi Indonesia menghadapi kemerosotan yang luar biasa, termasuk perekonomiannya. Jakarta sebagai ibu kota bahkan hanya memiliki APBD 66 juta di tahun pertama.

Namun, selama dua periode, Ali Sadikin menyulap Jakarta menjadi salah satu kota dengan penghasilan tinggi, dari hanya Rp 66 juta menjadi Rp 116 miliar saat ia melepaskan jabatan gubernur. Ali mampu mengubah Jakarta menjadi kota modern dengan berbagai fasilitas penunjang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

Dari mana Bang Ali belajar menata kota sekaligus meningkatkan APNB? Jawabannya adalah Las Vegas. Bang Ali menyontek Las Vegas yang mendapatkan dana segar dari judi. Dengan segala risikonya, Bang Ali pun melegalkan judi dan prostitusi sebagai upaya meningkatkan pendapatan daerah.

Dalam buku memoar Bang Ali, karangan Ramadhan KH, gubernur asal Sumedang itu pernah melakukan studi banding ke tiga kota di Amerika Serikat, Los Angeles, San Diego dan Las Vegas. Awalnya, ia terbang ke California untuk operasi karena menderita tumor usus. Namun ternyata ia tidak perlu menjalani operasi karena penyakitnya bisa sembuh tanpa pembedahan.

BACA JUGA: Humor Cak Lontong: Indonesia dan NU Lahir Sama-Sama Ba'da Isya

Karena tak jadi dioperasi, Bang Ali memanfaatkan waktunya berkeliling Amerika. Tiga kota, Los Angeles, San Diego dan Las Vegas kemudian dipilih sebagai tempat yang cocok untuk studi banding.

Dari studi banding tersebut, Bang Ali mendapatkan kesimpulan, suatu kota dikatakan baik bila mampu mengembangkan dunia pariwisata dan rekreasi. Hasil pengamatannya terhadap tiga kota itulah yang kemudian dia coba terapkan di Ibukota Jakarta.

Pada 1970 ketika sampai di Jakarta, Bang Ali memerintahkan Ciputra dari PT Pembangunan Jaya menyulap kawasan Ancol menjadi wahana rekreasi warga Ibu Kota. Padahal saat itu Ancol adalah wilayah rawa dan tak bertuan. Hasilnya luar biasa, Ancol yang masih menjadi sarang monyet disulap menjadi kawasan perumahan, industri, rekreasi dan pariwisata.

BACA JUGA: Mengenal Gatotkaca, Kesatria Wayang yang Ceritanya Diangkat ke Layar Lebar

Ia juga mengeluarkan kebijakan izin operasi klub malam dan panti pijat. Padahal tempat wisata tersebut saat itu masih tabu bagi warga Jakarta.

"Menjelang saya berhenti, saya diajak untuk datang di Ancol. Waktu saya datang ke sana, saya saksikan tempat itu memang menyenangkan. Resik dan bersih," ujar Bang Ali.

Ali Sadikin bercerita jika keputusan melegalkan judi dan prostitusi menyusul tuntutan membangun Jakarta yang masih tertinggal. Kondisi Jakarta saat itu sangat minim akan dana pembangunan.

“Saya akan menertibkan perjudian itu. Dari judi, saya akan pungut pajak,” kata Ali dalam buku “Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977” karya Ramadhan KH. Keputusan itu diambil setelah Ali Sadikin dia berkonsultasi kepada Sekretaris Daerah DKI Jakarta Djumadjitin tentang aturan pajak judi.

Keinginan besar membangun Jakarta, membuat gubernur yang disapa Bang Ali itu melanggar semua rambu-rambu norma agama, etika, dan kemasyarakatan. Hasil berbanding sejalan dengan banyaknya tekanan. Kas DKI Jakarta mendapatkan dana segar dari dua dunia hitam tersebut hingga Rp 20 miliar per tahun.

BACA JUGA: Gubernur Surjadi Soedirdja, Calon Dalang Wayang yang Ditakuti Preman

Bang Ali yang memimpin Jakarta dari 1966 sampai 1977 itu lalu menggunakan uang tersebut untuk membangun jalan, puskesmas, dan gedung sekolah dan sebagainya. "Saya melegalkan judi karena pemda tak punya anggaran cukup. Padahal saat itu butuh banyak uang untuk membangun sekolah, puskesmas, dan jalan," kata Ali Sadikin yang mengesahkan judi lotto sampai hwa-hwe.

Ia mengakui judi haram, karena itu ia mengaturnya untuk kalangan tertentu saja. “Tetapi, judi ini saya atur hanya untuk kalangan tertentu. Saya pikir, untuk apa mereka menghambur-hamburkan uang di Makau, lebih baik untuk pembangunan Jakarta saja,” ujar Ali yang disebut "Gubernur Maksiat" karena keputusan kontroversi yang dia buat.

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar