Sejarah

Pasar Kambing di Tanah Abang Sudah Ada Sejak Zaman Si Pitung

Pasar Kambing Tanah Abang. Pasar kambing di Tanah Abang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Foto: Republika.
Pasar Kambing Tanah Abang. Pasar kambing di Tanah Abang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Foto: Republika.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Agustus mendatang berusia 287 tahun. Pasar yang dulunya merupakan daerah perbukitan dan rawa-rawa itu diresmikan 1735 bersama dengan saudara kembarnya Pasar Senen, yang Ahad lalu ditimpa musibah kebakaran.

Pasar yang menempati areal 2,6 ha dengan luas bangunan 11.154 meter persegi, di bagian paling atas dari bangunan berlantai empat ini, tengah dibangun ratusan kios-kios. Ini dimaksudkan untuk menampung para pedagang kaki lima (PKL) dengan harapan mereka tidak lagi berjualan di trotoar dan badan-badan jalan hingga macetkan lalu lintas, seperti dilakukan di Pasar Ciledug, Kebayoran Lama, dan Pasar Minggu di Jakarta Selatan, dan sejumlah pasar lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Ulama-Ulama Indonesia yang Jadi Imam Hingga Guru Besar di Masjidil Haram

Pasar Tanah Abang, yang menjadi bursa tekstil terbesar di Indonesia dengan omset puluhan miliar rupiah setiap hari, dalam beberapa dekade memang semakin berkembang. Para pembelinya bukan saja berdatangan dari berbagai tempat di Tanah Air, tapi juga mancanegara. Akibatnya, sejumlah perumahan di Jl Kampung Bali, Jl Kebon Kacang, Jl Lontar, dan daerah sekitarnya kini berubah fungsi jadi pergudangan, kantor ekspedisi, dan pertokoan.

Sejarah Tanah Abang, yang oleh lidah Betawi disebut Tenabang, dimulai bersamaan dengan perluasan kota Batavia ke arah selatan di abad ke-17 dari pusat kota di Pasar Ikan, Jakarta Utara. Sedangkan ke bagian timur mencapai Weltevreden (Senen), dan bagian barat dari Molenvliet (Jl Gajah Mada dan Jl Hayam Wuruk) sampai Rijswijk (Harmoni). Lewat batas itu kota Batavia masih hutan belantara, yang dijuluki ”tempat jin buang orok".

BACA JUGA: Download WhatsApp GB (WA GB) Terbaru di Sini: Lebih Kaya Fitur, Aman dan Anti-banned

Ketika warga Arab mulai banyak bermukim di Tanah Abang, pasar ini menjual daging kambing yang menjadi kegemaran para imigran Hadramaut itu. Karena banyaknya pedagang kambing, pasar ini pun dalam sejarahnya yang hampir 300 tahun itu pernah dijuluki Pasar Kambing. Ini menunjukkan dahulunya pasar kambing menyatu dengan pasar Tanah Abang.

Ketika pasar diremajakan pedagang kambing sempat menghilang.... baca di halaman selanjutnya.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar