Sejarah GP Ansor, Badan Otonom Kebanggaan Nahdlatul Ulama (NU)
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) lewat pasukan Banser kembali disorot lantaran tidak setuju dengan pengajian yang digelar Ustadz Syafiq Basalamah di Masjid Assalam Purimas Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/2/2024) malam. Akibatnya pengajian tersebut pun batal digelar.
GP Ansor lahir pada 24 April 1934 atau bertepatan dengan 10 Muharram 1353 Hijriyah. Badan otonom NU yang bergerak di bidang kepemudaan dan kemasyarakatan ini resmi berdiri sejak Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, Jawa Timur.
GP Ansor yang memiliki pengurus wilayah di hampir semua provinsi di Indonesia tersebut membawahi Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Rijalul Ansor, Densus 99, Lembaga Wakaf Ansor, Lembaga Bantuan Hukum Ansor, Barisan Ansor Anti-Narkoba, dan PT Sorban Nusantara Travel. Lahirnya GP Ansor tidak terlepas dari sejarah kelahiran NU.
BACA JUGA: Sama-Sama Ditolak GP Ansor dan Bermarga Basalamah, Apakah Ustadz Khalid dan Ustadz Syafiq Kakak Adik
Pada 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif karena didorong kondisi saat itu banyak muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra, Jong Minahasa, dan lain-lain. Pada awal kemunculannya, ada perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis yang disebabkan oleh perbedaan pendapat masalah mazhab dan masalah furu'iyah lainnya.
Pada 1924, KH A Wahab Hasbullah membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi tersebut dipimpin KH Abdullah Ubaid sebagai Ketua dan KH Thohir Bakri sebagai Wakil Ketua, serta KH Abdurrahim sebagai sekretaris.
Setelah mulai banyak remaja yang ingin bergabung Syubbanul Wathan, maka pengurus membuat sesi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan yang disebut “Ahlul Wathan”. Kemudian atas inisiatif KH. Abdullah Ubaid, pada 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU) dan pada 14 Desember 1932, PPNU bersalin nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU).
Baca Juga: Link untuk Lihat Real Count Hasil Pemilu 2024, Pilpres, DPR, DPRD, DPD
Nama Ansor merupakan saran KH A Wahab Hasbullah yang diambil dari nama kehormatan dari Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan Islam dan Negeri. Artinya ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah dan teladan terhadap sikap, perilaku, dan semangat perjuangan para sahabat Nabi Muhammmad yang mendapat sebutan "Ansor" tersebut.
Gerakan ANO, yang kini disebut GP Ansor harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagai penolong, pejuang, dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, meneakkan, dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota GP Ansor.
Pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi yang dipimpin oleh KH. Saleh Lateng, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 M, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: KH. Thohir Bakri sebagai Ketua, KH. Abdullah Ubaid sebagai Wakil Ketua, H. Achmad Barawi dan Abdus Salam sebagai Sekretaris.
Baca Juga: Satu Lagi Ramalan Gus Dur yang Jadi Kenyataan: Prabowo Jadi Presiden di Usia Tua
Dalam perkembangannya secara diam-diam, khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut BANOE (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kini disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937, BANOE menunjukkan kebolehan pertama kalinya dalam baris-berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Mohammad Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Roesdi.
Pada masa penjajahan Jepang, organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh Jepang termasuk ANO. Kemudian tokoh ANO Cabang Surabaya, Mohammad Chusaini Tiway mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO dan mendapat respon positif dari KH Wachid Hasyim (Menteri Agama RIS kala itu), maka pada 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor atau disingkat GP Ansor.
GP Ansor Berkembang Pesat
GP Ansor hingga kini berkembang pesat menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman, dan kebangsaan. GP Ansor kini sudah memiliki 433 cabang di tingkat kabupaten/kota, di bawah koordinasi 32 pengurus wilayah tingkat provinsi, hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya.
Tak hanya itu, GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalanan bangsa. Mereka juga tetap menempati posisi serta peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.
Baca Juga: Apa Arti Nama Komeng, Komedian yang Curi Perhatian karena Foto Lucu di Surat Suara DPD RI
GP Ansor memiliki empat visi, yakni Revitialisasi Nilai dan Tradisi; Penguatan Sistem Kaderisasi; Pemberdayaan Potensi Kader; dan Kemandirian Organisasi. Sementara misi dari GP Ansor adalah Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan GP Ansor; Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi; Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader dengan stakeholder; dan Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi.
Awal berdirinya, GP Ansor bertujuan membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh. Selain itu, kader GP Ansor diharapkan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.
Anggota GP Ansor juga diharapkan menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah NKRI. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemanusiaan dan
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.