Budaya

Sultan Yogyakarta Perintahkan Rakyat Masak Sayur Lodeh untuk Hilangkan Wabah Pes, Sekarang Jadi Menu Resepsi Pernikahan Pangeran Abdul Mateen-Anisha

Sayur Lodeh. Sayur Lodeh dipercaya sudah ada sejak abad 10 dan menjadi bagian dari peradaban masyarakat Jawa.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Efouria pernikahan pangeran asal Brunei Darussalam, Pangeran Abdul Mateen dengan Anisha Rosnah masih terasa, bahkan hingga ke Indonesia. Namun, ada yang membuat salah fokus dalam pernikahan tersebut yakni sajian sayur lodeh. Ya, sayur lodeh yang merupakan makanan khas orang Jawa menjadi menu resepsi pernikahan Pangeran Abdul Mateen dengan Anisha Rosnah.

Sayur lodeh atau dalam bahasa Jawa disebut Jangan Lodeh adalah masakan sayur yang berkuah santan khas Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Sayur lodeh mempunyai berbagai macam variasi terutama pada bumbunya, ada yang santannya berwarna putih dan ada juga yang santannya berwarna kuning kemerahan.

Bahan-bahan yang sering digunakan adalah labu jipang, kacang panjang, terung, petai, tempe, cabai, jagung kecil dan santan. Resep masakan yang enak dan gurih ini sangat menyegarkan dan cocok jika dipadukan dengan serundeng daging, empal daging, telur asin dan ikan tongkol.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Di Mana Letaknya Ujung Dunia? Ini 4 Tempat yang Disebut Sebagai Ujungnya Bumi

Biasanya sayur lodeh dihidangkan bersama dengan sambal. Masakan ini menyerupai kari, tetapi masakan ini menggunakan sayur-sayuran daripada menggunakan daging atau boga laut.

Sejarah Sayur Lodeh

Sayur lodeh diyakini telah ada pada masa peradaban Jawa Tengah sejak abad ke-10. Konon, sayur lodeh membantu melewati masa-masa sulit selama letusan dahsyat Gunung Merapi pada 1006.

Dinukil dari BBC News, sejarawan kuliner Fadly Rahman memperkirakan tradisi memasak lodeh sudah dilakukan pada abad ke-16, tepatnya setelah bangsa Spanyol dan Portugis memperkenalkan kacang panjang ke Jawa. Pendapat lain datang dari sejumlah sejarawan yang meyakini sayur lodeh mulai diperkenalkan kembali pada akhir abad-19. Ketika itu Yogyakarta menjadi jantung Kebangkitan Nasional Indonesia, periode di mana banyak mitos daerah ditemukan dan dirayakan.

Baca Juga: Gagal Jebol Benteng Batavia, Keturunan Bangsawan Kerajaan Mataram yang Dikirim Sultan Agung Malah Menetap dan Bangun Masjid di Tanah Abang

Memasuki awal abad ke-20, keberadaan legenda sayur lodeh kian menguat. Contoh paling terkenal adalah pada 1931 pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII.

Ketika wabah pes terjadi selama lebih dari dua dekade di Jawa, Sultan HB VIII memerintahkan kepada warganya untuk memasak sayur lodeh dan berdiam diri di rumah selama 49 hari. Kemudian wabah pun berakhir. Catatan sejarah juga menunjukkan sayur lodeh telah dimasak untuk menanggapi krisis pada 1876, 1892, 1946, 1948, dan 1951.

Baca Juga: Mengapa Orang Madura Pakai Cara Carok untuk Selesaikan Masalah?

Sayur Lodeh di Pernikahan Pangeran Brunei

Pangeran Brunei Darussalam, Abdul Mateen resmi mengikat janji suci dengan Anisha Isa Kalebic. Pernikahan Pangeran Abdul Mateen-Anisha yang dimulai Ahad, 7 Januari 2024 dan digelar selama 10 hari hingga 16 Januari 2024 menjadi menjadi sorotan publik internasional.

Selain karena kemewahan, menu makanan yang menarik perhatian adalah kemunculan menu sayur lodeh. Menu sayur lodeh di acara resepsi pernikahan tersebut dideskripsikan dengan Mixed Vegetables in Coconut Milk ini.

Sayur lodeh bersanding dengan beberapa menu-menu mewah, seperti Salad Ketam Alaska dengan Kaviar Iran, Sup Daging Rusa Berempah dengan Jamur Morel, Lobster dengan Salad Pepaya, Sorbet Mangga dengan Sarang Burung Walet, Daging Wagyu Percik dengan Truffle, serta Ikan Turbot Fillet yang tersaji dengan Acar.

Baca Juga: Apakah Bahasa Jawa akan Punah?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.