Hikmah

Sejarah dan Mitos Rebo Wekasan dalam Tradisi Jawa dan Islam

Rebo Wekasan


KURUSETRA -- Salam Sedulur... Umat Islam Indonesia ada yang melakukan ritual khusus di hari terakhir bulan Rajab atau yang sering disebut Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan, Rabu (13/9/2023). Apakah tradisi ada tuntunan dalam ajaran Islam?

Rebo Wekasan sangat kental di masyarakat Jawa. Alasannya Rebo Wekasan dipercaya sebagai tradisi warisan dari Wali Songo dalam menjalankan dakwah.

Baca Juga: Tradisi Puasa Rebo Wekasan untuk Tolak Bala, Apakah Termasuk Ajaran Islam?

Karena alasan tradisi tersebut, Rebo Wekasan dilakukan turun temurun khususnya oleh masyarakat di Jawa, Sunda, hingga Madura. Puasa Rebo Wekasan juga sering disebut puasa tolak bala, sehingga dilaksanakan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai macam bencana dan marabahaya.

Sebagian masyarakat percaya Rabu terakhir adalah hari soal sehingga harus diusir dengan cara berpuasa. Tak hanya berpuasa, dalam Rebo Wekasan juga dilakukan sejumlah kegiatan ibadah. Contohnya seperti sholat berjamaah, berdoa untuk keselamatan, bersedekah, dan bersilaturahim.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Asyik... Pemerintah Tetapkan 27 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024, Cek Daftarnya di Sini

Karena Rebo Wekasan dilakukan pada bulan Shafar, sama halnya dengan bulan hijriyah lainnya, maka tanggal itu dihitung sejak matahari terbenam. Karena itu, Rebu Wekasan sudah dimulai sejak Selasa Maghrib.

RITUAL REBO WEKASAN

Di antara petunjuk yang beredar adalah tuntunan atau ritual yang dilakukan pada Rebo Wekasan yakni dengan melakukan berbagai amalan dan bacaan atau wirid. Namun sebelum itu dianjurkan Shalat Hajat untuk menolak bala’, 4 rakaat dengan 2 rakaat salam.

Setiap rakaat membaca Surah al Fatihah dan Surah Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas 1 kali. Kemudian setelah salam membaca doa khusus yang dibaca sebanyak 3 kali.

Baca Juga: Link Download Video Syur Mirip Rebecca Klopper 11 Menit, Ini 3 Bahaya Nonton Film Porno

Kepercayaan tentang Rebu Wekasan yang seperti itu, dalam Islam disebut tasya’um atau tathayyur, ada perasaan sial karena sesuatu. Kepercayaan seperti ini membuat seseorang berusaha untuk menangkalnya, yang salah satunya dengan berbagai amalan yang beredar tidak jelas itu.

Syekh Muhammad Abadussalam Khadhar asy-Syuqairi menulis dalam as-Sunan wal Mubdata’at halaman 137. “Orang-orang bodoh membuat suatu tradisi menulis ayat-ayat yang berhubungan dengan salam (selamat), misalnya salaamun ‘alaa nuuhii fiil ‘alamiiin (Selamatlah atas Nuh di seluruh alam/QS ash-Shaffat: 79), di hari Rabu terakhir dari bulan Shafar, yang kemudian tulisan itu direndam dalam bejana-bejana (bak-bak) untuk diminum dan (mandi) untuk diambil barakahnya (bertabarruk) serta dibagi-bagikan kepada khalayak dengan keyakinan akan bisa menyelamatkan dari bencana.”

Baca Juga: Download Video Mirip Rebecca Klopper 11 Menit di Twitter, Begini Cara Taubat Nasuha Usai Nonton Film Porno

Dinukil dari PWNU.CO, dalam ritual Rebo Wekasan biasanya meliputi empat hal; (1) shalat tolak bala’; (2) berdoa dengan doa-doa khusus; (3) minum air jimat; dan (4) selamatan, sedekah, silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama. Konon, amalan ini berasal dari kabar adanya seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) yang mengatakan dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah Swt menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam.

Dalam ajaran Islam, selain puasa Senin-Kamis, ada tiga hari puasa setiap bulannya yang bisa dilaksanakan umat Islam yakni puasa Ayyamul Bidh. Sebagaimana diriwayatkan An Nasaiy yang disahihkan Ibnu Hibban. Berkata Abu Dzar Al Ghiffary: “Rasulullah saw. menyuruh kepada kita untuk melakukan puasa setiap bulan tiga hari putih (bulan bersinar cemerlang) yakni di hari tanggal 13, 14 dan 15, dan beliau bersabda, puasa (tiga hari pada tiap bulan) itu seperti puasa setahun.” (HR. An Nasaiy dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Baca Juga: Jangan Pitnah, Ternyata Ini Alasan Orang Sunda Tak Bisa Bilang Huruf F dan V

Sementara itu, hadis dari ‘Aisyah ra yang menjelaskan Rasulullah Saw merutinkan puasa tiga hari tiap bulan, dan beliau tidak menentukan tanggal berapa di bulan itu beliau melaksanakan puasa (HR. Ahmad, Muslim, Ibn Majah, dan yang lainnya). Artinya, puasa sunnah yang dapat diamalkan di bulan Safar sama dengan bulan lain pada umumnya, yaitu puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan puasa Ayyamul Bidh.

.

BACA TULISAN MENARIK LAINNYA:

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi

> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam

> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.