Sejarah

Peran Sambu dalam Operasi Usman-Harun Ledakkan McDonald House Singapura

Dua prajurit KKO, Serda Usman dan Kopral Harun. Dua prajurit KKO, Serda Usman dan Kopral Harun menyusup ke Singapura lewat Pulau Sambo atau Sambu di dekat Pulau Batam. Foto: IST.
Dua prajurit KKO, Serda Usman dan Kopral Harun. Dua prajurit KKO, Serda Usman dan Kopral Harun menyusup ke Singapura lewat Pulau Sambo atau Sambu di dekat Pulau Batam. Foto: IST.

KURUSETRA -- Kurusetra... Di ujung batas selat Indonesia-Singapura, ada sebuah pulau kecil yang memiliki nilai sejarah tinggi untuk Indonesia, Pulau Sambo atau Sambu. Pulau ini sempat menjadi benteng pertahanan Belanda saat Pemerintah Hindia Belanda menjajah Indonesia, pangkalan kilang minyak, hingga peristiwa operasi peledakan Singapura oleh prajurit KKO, Usman-Harun.

Pagi hari 8 Maret 1965, dua prajurit Indonesia, Serda Usman dan Kopral Harun menyusup ke Singapura melalui Pulau Sambo atau Sambu. Jarak yang ditempuh sekitar 9 mil. Kedua prajurit itu menggunakan perahu karet dengan mendayung dan tiba di Singapura pada 9 Maret 1965.

Dalam buku "Usman dan Harun Prajurit Setia" yang ditulis Al Lettu Laut Drs Murgiyanto pada tahun 1989, diceritakan, Usman sebagai pimpinan memerintahkan Harun dan Gani bin Arup berpencar untuk melakukan teror di Singapura. Operasi anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO) yang berubah menjadi Marinir ini berhasil membuat ledakan dahsyat di Gedung MacDonald House di Orchard Road, Singapura, pada 10 Maret 1965. Tiga orang dilaporkan tewas dan 33 lainnya terluka dalam ledakan tersebut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pengeboman tersebut berawal dari pengiriman paket seberat 11,33 kilogram berisi bahan peledak. Paket itu dilengkapi detonator waktu dan diletakan di lantai tidak jauh dari lift gedung. Sekitar jam tiga sore, paket itu meledak yang membuat lantai berlubang dan merusak pintu dari lift. Saking dahsyatnya ledakan, seluruh jendela gedung dalam jarak 100 meter dan mobil yang diparkir di luar gedung rusak.

Operasi pengeboman itu menjadi bagian inflitrasi saat Presiden Soekarno menolak pembentukan Malaysia, di mana Singapura masih menjadi bagiannya. Saat itu konfrontasi Indonesia dengan Malaysia berlangsung dari September 1963 hingga Agustus 1965.

Usman Janatin dan Harun Tohir diperintahkan untuk menginfiltrasi Singapura, ketika Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Ada satu lagi nama Gani bin Arup yang terlibat dalam operasi tersebut, namun Gani berhasil lolos dari kejaran aparat Singapura karena memilih rute berbeda untuk melarikan diri.

Sementara Usman dan Harun yang kembali ke Indonesia dicegat pasukan patroli Singapura di tengah laut karena perahu yang dipakai rusak. Mereka lalu ditangkap pada 13 Maret 1965 dan diadili pada 1968 dan dihukum mati. Jenazah keduanya lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Atas jasa keduanya, Pemerintah Indonesia menyematkan nama mereka di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), yakni KRI Usman Harun, walaupun sempat di permasalahkan oleh Singapura.

Pulau Sambu bersebelahan dengan Pulau Batam di Kepulauan Riau. Pulau sambu salah satu pulau pemasok minyak bumi terbesar. Pada medio 1963--1966, kilang minyak di pulau ini dikuasai Inggris tetapi operasional tetap dijalankan Shell Company sebelum diambilalih PT Pertamina. Pulau Sambu memiliki histori yang tinggi, selain pernah dijadikan benteng pertahanan Belanda, di Pulau Sambu dibangun terminal minyak pada 16 Agustus 1897 atau jauh sebelum Kota Batam berdiri.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan