Asal Usul Nasi Kebuli, Dibawa dari Gujarat Jadi Hidangan di Maulid Nabi Muhammad
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Nasi kebuli diyakini berasal dari India ketika para imigran Hadramaut pada abad ke-18 sebelum ke Nusantara terlebih dulu singgah cukup lama di Gujarat. Dugaan itu diperkuat oleh fakta bahwa makanan pokok di Hadramaut bukan nasi tapi roti gandum. Setiba di Indonesia mereka membuat nasi kebuli yang sehari-hari biasa mereka nikmati di Gujarat.
Di Indonesia nasi kebuli menjadi makanan yang dihidangkan di berbagai acara, terutama di kalangan keturunan Timur Tengah. Salah satu acara yang menjadikan nasi kebuli sebagai hidangan wajib adalah Maulid Nabi Muhammad. Seperti di acara Maulid Nabi yang digelar di Majelis Habib Kwitang atau Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy.
BACA JUGA: Tradisi Maulid Nabi di Majelis Habib Kwitang Bertahan Selama Hampir Satu Abad
Nasi kebuli dihidangkan untuk jamaah di Majelis Habib Kwitang, Senen. Meski jamaah yang hadir membeludak, Habib Abdurahman, yang memimpin Majelis Taklim Kwitang sejak 1993, adalah generasi ketiga. Meskipun dihadiri ribuan jamaah, Habib Abdurahman yakin, ‘Insya Allah semua kebagian makan'. Untuk konsumsi, dia telah memesan lebih dari 200 ekor kambing dan menghabiskan tiga ton alias 3.000 kilogram beras Saigon terbaik.
Nasib kebuli Kwitang, menurut Habib Abdurahman, untuk bumbunya saja dia mencampur 29 macam rempah. Meskipun nasi kebuli Kwitang paling top, tapi tidak dikomersilkan.
BACA JUGA: Habib Ali Kwitang Tolak Perintah Kaisar Jepang Membungkuk kepada Matahari
Ketika ditanya tentang nasi kebuli yang diberi daging kambing sarat kolesterol, Habib menyatakan, para pengunjung Maulid Nabi di Kwitang meyakini sebagai Maulid yang qabul. Karenanya, mereka menganggap menikmati nasi kebuli itu ‘untuk mendapatkan berkah’. Hampir semua pengunjung tidak khawatir pada kolesterolnya.
”Meskipun saya tidak pernah minta bantuan, tapi teman-teman banyak yang mengulurkan tangan,” katanya. Nasi kebuli untuk para tamu disediakan sejak hari Selasa, terutama untuk jamaah dari daerah dan luar negeri. Pada malam Kamis, setelah ziarah ke makam Habib Ali, acara dilanjutkan makan malam dengan hiburan gambus dan marawis.
BACA JUGA: Nyai Dasimah, Kembang Desa Kampung Kwitang yang Jadi Gundik Bangsawan