Sejarah

Cerita Terbentuknya Karawaci (Kampung Rawa China), dari Rawa Jadi Perkebunan dan Peternakan Babi


Perkampungan China. Karawaci atau Kampung Rawa China terbentuk karena banyaknya warga Tionghoa yang mengungsi di wilayah yang dulunya rawa-rawa tersebut. Foto: Dok Republika.
Perkampungan China. Karawaci atau Kampung Rawa China terbentuk karena banyaknya warga Tionghoa yang mengungsi di wilayah yang dulunya rawa-rawa tersebut. Foto: Dok Republika.

Prajurit Kerajaan Parahyangan dan Geger Pecinan

Di versi kedua, Karawaci terbentuk ada campur tangan prajurit Kerajaan Parahyangan yang melawan penjajahan. Burhanuddin dalam buku Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang, nama Karawaci berasal dari dua kata, yakni kurawa yang berarti prajurit atau tentara serta kata ci atau cai yang artinya air.

"Karawaci dulunya adalah area pertahanan prajurit Parahyangan dalam melawan pemerintah kolonial Belanda. Asal-usul nama Karawaci juga tertulis dalam kitab sejarah Sunda berjudul Tina Layang Parahiyang atau Catatan dari Parahyangan," tulis Burhanuddin.

BACA JUGA: VOC Buang Penjahat dan Gelandangan Keturunan China ke Sri Lanka

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

.

Karawaci juga erat kaitannya dengan terbentuknya kampung Teluk Naga di bagian utara pesisir Sungai Cisadane. Pada 1407, wilayah Tangerang masih dalam kekuasaan Kerajaan Parahyangan dengan kepala pemerintahan Sanghyang Anggalarang. Wilayah tersebut mulai didatangani orang-orang China yang merantau dan diberi tanah di bagian pesisir. Wilayah tersebut kini disebut kampung Teluk Naga.

Orang China semakin banyak datang ke Karawaci dan Teluk Naga setelah mereka melarikan diri dari Batavia pada 1704. Saat itu lebih dari 10 ribu etnis China dihabisi Pemerintah Hindia Belanda.

BACA JUGA: Geger Pecinan, Pembantaian Etnis China yang Ratusan Kali Lebih Kejam dari Kerusuhan 1998

Namun, pembantaian tersebut bukan tanpa sebab, salah satu alasan Pemerintah Hindia Belanda menghabisi orang-orang China lantaran mereka melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Saat itu Batavia menjadi lautan darah dan warna air Kali Angke (dalam Mandarin berarti Kali Merah) berubah menjadi merah karena darah.

Mereka yang melarikan diri dari peristiwa yang dikenal sebagai Geger Pecinan tersebut berhasil selamat dan mengungsi di daerah pesisir Kali Pasir. Mereka yang menggungsi tersebut kemudian hidup berdampingan dengan orang-orang dari Sulawesi (Makassar) yang dikirim untuk menjaga benteng Belanda di sisi barat Sungai Cisadane yang menjadi saksi perjuangan para kurawa cai atau prajurit air dalam mempertahankan wilayah Kerajaan Parahyangan dari serangan Belanda. Karena itulah sisi barat Sungai Cisadane kemudian disebut Karawaci.

BACA JUGA: Sejarah Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi Tahun 1998: Ratusan Orang Tewas Dibacok dan Dibakar

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan