Cara Dakwah Wali Songo: Ajak Rakyat Nonton Wayang, Tiket Masuknya Baca Syahadat
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Indonesia dan wayang ibarat manusia dan bayangan. Keduanya seperti sudah ditakdirkan untuk tidak terpisahkan. Secara harfiah, wayang sendiri artinya bayangan, yang memang dipertunjukkan adalah bayang-bayangnya saja.
Meski wayang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO sejak 7 November 2003 dari Indonesia, ada beberapa pendapat yang menyebut tradisi wayang berasal dari India dan rekaman pertama pertunjukan wayang sudah ada sejak 930 Masehi.
Menurut R Gunawan Djajakusumah dalam buku Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, wayang adalah kebudayaan asli Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Ada yang berpendapat, kata wayang berasal dari Wa dan Hyang, artinya ‘leluhur’.
Dr Suyanto, pengajar ISI Surakarta mengatakan, ada pula yang meyakini wayang kulit sebagai salah satu dari berbagai akar budaya seni tradisional Indonesia. "Ada yang menginterpretasikan bahwa wayang berasal dari India, meskipun apabila kita menunjukkan wayang kepada orang-orang India, mereka tidak tahu apa-apa,” ujar dia.
BACA JUGA: Apa Kira-Kira Jawaban Gus Dur Soal Isu Wayang Haram?
Wayang adalah media yang digunakan Wali Songo untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Asal mula wayang dimulai dari wayang beber, yang gambarnya mirip manusia. Lakon wayang beber bersumber dari sejarah sekitar zaman Majapahit.
Saat itu Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam melarang wayang dipertunjukkan menyerupai manusia sempurna. Lalu Wali Songo memodifikasi gambar wayang menjadi gambar karakteristik. Sehingga hanya berupa satu sisi saja.
Sepanjang sejarah penyebaran Islam di Indonesia, wayang disebut sebagai media dakwah tersukses. Keberhasilan wayang menyebarkan syiar Islam pada zaman Wali Songo disebut karena faktor kedekatan emosional dengan masyarakat saat itu.
Lewat budaya, Wali Songo memperkenalkan Islam. Lewat wayang, masyarakat mulai mengetahui agama tauhid dan mulai meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, hingga ajaran Hindu dan Buddha. Karena menggunakan menggunakan pendekatan psikologi, sejarah, paedagogi, hingga politik, yang diramu menjadi satu lakon cerita, wayang berhasil menjadi jembatan Islam menyebar di Nusantara.
BACA JUGA: Klarifikasi dan Minta Maaf, Ustadz Khalid: Tak Ada Kata-Kata Saya Haramkan Wayang
Pertunjukan wayang di era Wali Songo digelar di masjid. Masyarakat bebas menyaksikan. Namun ada syaratnya, yakni mereka harus berwudhu lalu mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum masuk masjid. Jadi, tiket untuk menonton wayang adalah masuk Islam.
Wayang sebagai media penyebaran Islam mendapat restu dari sekelompok ulama yang berperan besar dalam pendirian Kerajaan Demak. Kelompok ulama bernama Wali Songo itu bergelar sunan, antara lain Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Sembilan wali ini adalah ulama-ulama yang terkenal di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
Dosen Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widodo MSn menjelaskan, para wali tak hanya berkuasa di dalam keagamaan, tetapi juga berkuasa dalam pemerintahan dan politik. Selain itu, mereka juga pengembang kebudayaan dan kesenian yang andal.
Lewat Wali Songo kesenian Jawa berkembang hingga mencapai puncaknya yang kemudian dikenal dengan seni klasik. "Salah satu kesenian yang hinga kini tetap populer adalah wayang kulit purwa,” kata dia.
Ia mengakui wayang kulit merupakan produk budaya yang ada sebelum Islam berkembang di Pulau Jawa. Namun, sejak Islam datang dan disebarkan, wayang telah mengalami perubahan.
BACA JUGA: 5 Jenis Wayang yang Jadi Warisan Budaya Indonesia
Menurut Widodo, budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tak hanya dijumpai pada wujudnya saja. Namun juga pada istilah-istilah dalam bahasa padalangan, bahasa wayang, nama tokoh wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.
Menurut Widodo, pengaruh Islam dalam wayang kulit purwa tidak saja pada bentuknya, tetapi telah merambah pula pada aspek simbolisasi dan berkaitan pula dengan aspek lainnya yang berhubungan dengan pergelaran wayang kulit purwa. Sehingga, kelestariannya patut untuk dijaga, karena merupakan salah satu bagian dari seni budaya bangsa yang menjadi saksi sejarah perkembangan bangsa, khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia.
TONTON JUGA VIDEO KLARIFIKASI USTADZ KHALID BASALAMAH SOAL WAYANG HARAM: