Sejarah

Sejarah Blok M: Dari Tempat Nongkrong Anak Muda Hingga Lokasi Ustadz Khalid Berdakwah

Potret kehidupan anak gaul Jakarta di era 1980-an di kawasan Blok M. Foto: IST.
Potret kehidupan anak gaul Jakarta di era 1980-an di kawasan Blok M. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Masa kejayaan Blok M di periode saat ini mulai luntur. Padahal, kawasan perbelanjaan itu pada era 1980-1990 adalah salah satu ikon ibu kota lantaran jadi tempat nongkrong favorit para anak muda metropolitan. Pada masanya, Blok adalah gambaran sosial remaja Ibu Kota pada era 1980-1990.

Di Blok M, anak-anak muda era 1980-an bisa memilih menghabiskan waktu di sejumlah lokasi populer nongki-nongki, seperti Pasaraya, kawasan Melawai, kawasan Mayestik, hingga Blok M Square. Di masa kini, sebelum masa pandemi Covid-19, Blok M Square yang memiliki Masjid Nurul Iman di lantai paling atas sering digunakan sebagai tempat menggelar kajian pengajian. Salah satu penceramah yang rutin mengisi pengajian di sana adalah Ustadz Khalid Basalamah.

Dinukil dari buku "212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doelo" karya Zaenuddin HM, para ABG biasa menghabiskan harinya di Kawasan Blok M sejak sore sampai malam hari.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Yang Pendendam Itu Unta Bukan Manusia

Mereka para ABG datang mencari hiburan, belanja, atau sekadar cuci mata. Namun, tak sedikit para ABG itu yang berburu pasangan di kawasan Blok M. Desy Ratnasari dan Paramitha Rusady pernah membintangi film berjudul "Blok M" yang mengangkat fenomena anak gaul ibu kota. Film itu disutradarai Helmy Yahya.

Dari namanya, Blok M diambil dari nama kawasan blok di sekitar Kebayoran. Selain Blok M ada juga Blok A dan Blok S yang terkenal sebagai kompleks perumahan.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

Abah Alwi Shahab pernah bercerita kepada Kurusetra, Kebayoran adalah proyek kota satelit di Jakarta Selatan yang saat itu masih dipenuhi pepohonan, belukar, dan rawa-rawa. Pembangunan dijadwalkan akhir 1948 saat Jakarta dikuasai Belanda yang datang membonceng pasukan sekutu. Setahun kemudian lebih sepertiga wilayahnya sudah dibebaskan dan mulai dibangun jalan raya penghubung antara Kebayoran dengan Jakarta.

Pembangunan Kebayoran Baru dilaksanakan perusahaan Belanda Central Stichting Wederopbouw (CSW). Perusahaan yang didirikan pada Agustus 1948 itu memiliki kantor beberapa ratus meter sebelum Terminal Blok M dan berhadapan dengan kantor Kejaksaan Agung. Kalau Anda naik angkutan kota, para kondektur bus akan teriak, "CSW...CSW...CSW..." ketika sampai lokasi kantor CSW.

BACA JUGA: Asal Mula Nama Kalibata, Daerah Tempat Novi Amelia Bunuh Diri

Pengarang FDJ Pangemanan dalam Tjerita Si Tjonat menggambarkan pada abad ke-19 dari Batavia (Jakarta Kota) ke Kebayoran, bila berangkat sore baru tiba malam hari. Tentu saja kala itu belum ada kendaraan hingga orang harus berjalan kaki. Kebayoran ketika itu merupakan tempat pelarian para penjahat dari Batavia.

Dibangunannya Kebayoran Baru merupakan upaya awal bagi Kota Jakarta untuk menyediakan fasilitas perkotaan terencana. Pada 1949, sepertiga wilayah yang sebagian besar milik warga Betawi sudah dibebaskan. Setahun kemudian mulai dibangun jalan raya yang menghubungkan Kebayoran Baru–Jakarta. Setelah Belanda angkat kaki, pembangunan kota satelit Kebayoran Baru diambilalih Kementerian Pekerjaan Umum.

BACA JUGA: Gubernur Surjadi Soedirdja, Calon Dalang Wayang yang Ditakuti Preman

Pada akhir 1950, sekitar dua pertiga wilayah Kebayoran Baru sudah dibuka dan tiga ribu rumah sudah terbangun, 1.300 m2 jalan sudah siap dan 30 ribu saluran air sudah terpasang. Ketika itu baru delapan sekolah yang dibangun. Setahun kemudian (1951) sebanyak 3.365 rumah dibangun, selain rencana pembangunan vila-vila seluas 110 hektare, juga dibangun pertokoan dan gedung sekolah.

Pemekaran wilayah Kebayoran telah menghasilkan pusat pertumbuhan di selatan kota. Ketika Kebayoran Baru hendak dibangun (1948), penduduk Jakarta hanya 823 ribu jiwa. Pada 1960-an jalan-jalan ke Kebayoran Baru nikmat sekali. Tidak ada kemacetan, rumah dan vila-vila mungil merupakan pemandangan yang indah.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita sejarah, humor, hingga sejarah dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan