Sejarah

Jual Beli Jabatan Sudah Ada Sejak Era Hindia Belanda


Dari tempat inilah, ketika imperium VOC memegang kendali pelabuhan Sunda Kelapa kapal-kapal yang melintasinya harus memberi "uang rokok". Karena, di terminal ini ada calo-calo yang akan mempermudah kelancaran arus masuk dan keluar bongkar muat.

Untuk menggemukkan kantongnya sendiri, sang gubernur jenderal menjual jabatan-jabatan ’empuk’ atau ‘basah’, pada mereka yang berani menyogoknya. Bahkan, ada calon pejabat harus membayar kontan 50 ribu gulden dan selanjutnya tiap bulan menyerahkan 7.000 ringgit.

BACA JUGA: Majalah Berita Nahdlatoel Oelama Tahun 1938 Ingatkan Bahaya Aliran Anti-Arab

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dan, setelah yang bersangkutan memperoleh kedudukan basahnya tersebut ia akan berusaha untuk memperoleh jumlah dua kali lipat dari yang pernah ia berikan. Caranya, tentu saja dengan penyelewengan dan pemerasan.

Di samping itu, pejabat yang diangkat ditempat yang ’empuk’ itu setiap tahun harus memberi 50 ribu gulden kepada gubernur jenderal sebagai balas jasa (upeti). Para pemegang hak memungut pajak Tionghoa, terutama pajak judi dan candu, turut menambah penghasilan bagi gubernur jenderal.

BACA JUGA: Surabaya Saksi Bisu Raden Wijaya Raja Majapahit Bantai Pasukan Mongol

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Shalat di Masjid Istiqlal, Mabuk di Restoran Bioskop Capitol

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan