Asal Usul Kemang, Kawasan Perkebunan yang Berubah Jadi Lippo Mall Kemang
KURUSETRA -- Ornamen di atap Lippo Mall Kemang dilaporkan ambruk saat angin kencang dan hujan lebat melanda Jakarta, Sabtu (5/3/2022). Kemang yang dulunya adalah rumahnya air kini menjadi langganan banjir karena sudah dipadati bangunan. Tak ada lagi resapan air.
Pada tahun 1950-an Kemang adalah sebuah kampung di Kelurahan Bangka yang merupakan kawasan perkebunan. Nama Kemang berasal dari pohon buah kemang (Mangifera kemanga), sejenis mangga yang banyak ditemukan di daerah ini.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus Dur
Kemang awalnya adalah perkampungan Betawi. Di sana rumah-rumahnya masih berdinding bilik bambu dan beratap rumbia. Di kampung itu juga terdapat sebuah masjid dengan gaya tradisional Jawa. Pada tahun 1970-an kawasan ini berisi rumah yang terbuat dari kayu dengan penghuninya hidup dari bertani dan berkebun.
Pada akhir tahun 1970-an, pembangunan semakin kencang dengan adanya perpindahan penduduk dari Jakarta Pusat ke Jakarta Selatan hasil dari pelaksanaan Inpres Nomor 13 tahun 1976 tentang pengembangan wilayah Jabotabek. Kemang mulai dikenal sebagai kawasan pemukiman mewah sejak tahun 1980-an, dan juga sebagai komunitas ekspatriat dikarena banyaknya penyewaan rumah kepada warga asing.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ziarah ke Orang Mati Lebih Baik karena Gak Mungkin Nipu
Pada tahun 1990-an sebagian besar warga Betawi penghuni asli Kemang sudah pindah ke selatan Jakarta, seperti Ciganjur, Jagakarsa, Depok dan Bogor. Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengubah peruntukan Kemang dari perumahan menjadi kawasan komersial.
Pada tahun berikutnya, ia memperkuat keputusan ini dengan mengeluarkan peraturan yang menyatakan Kemang sebagai "kampung modern" melalui SK Gubernur DKI Nomor 144 Tahun 1999. Ini pun membawa lebih banyak kegiatan komersial ke Kemang, seperti rumah-rumah yang kemudian diubah menjadi toko ritel.
BACA JUGA: Cak Nun: Apakah Rasulullah Pernah Mengajarkan Tembang Tolak Bala?
Walaupun begitu, kurangnya perencanaan perkotaan telah mengakibatkan kemacetan di jalanan Kemang yang relatif sempit. Per tahun 2008, 73 persen lahan dan permukiman di Kemang berubah fungsi menjadi lahan komersial. Terletak di antara dua aliran Sungai Krukut dan Sungai Mampang, tanpa ada pengendalian banjir, Kemang pun rawan banjir setiap musim hujan.
Sejak tahun 1970-an, Kemang telah tumbuh menjadi sebuah daerah yang dikenal secara internasional yang berorientasi menyediakan fasilitas seperti toko kerajinan tradisional, dan klub malam.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Rokok Memendekkan Umur, Tapi Kalo Gak Merokok Besok Saya Bisa Mati
Beberapa kampung asli masih ada di belakang kompleks perumahan dan apartemen di Kemang. Kesenjangan yang unik antara komunitas Muslim dan komunitas ekspatriat pun membuat Kemang menjadi terasa seperti sebuah kota tua daripada kota baru.
Saat ini, Kemang diisi dengan berbagai bisnis dan perumahan, serta hotel, bank, pujasera, restoran, kafe, bar, salon, klub malam dan toko-toko yang melimpah. Ada juga lembaga-lembaga akademik dengan standar internasional di sini.
Kemang menjadi tuan rumah Kemang Festival, yang diadakan sekali atau dua kali setiap tahun sejak tahun 2001. Selama festival, Jalan Kemang Raya ditutup dari kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima pun mengisi jalan untuk menawarkan souvenir tradisional, pakaian, dan makanan. Yayasan Design + Art Indonesia juga mengadakan pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) setiap tahunnya di grandkemang Hotel Jakarta.
BACA JUGA:
Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh
Humor Gus Dur: Bikin Heboh Indonesia Mengaku Keturunan China Bermarga Tan di Singapura
Sujiwo Tejo: Wayang Diharamkan ya Monggo, Toh Sudah Sejak Zaman Sunan Giri
TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.