Sejarah

Berburu Janda Pejabat Belanda di Batavia, Orang Tionghoa Cari PSK di Mangga Besar

Kampung Cina di Batavia. Di abad ke-17 rumah-rumah pelacuran berdiri sebagai tempat pelampiasan nafsu para hidung belang. Foto: IST.
Kampung Cina di Batavia. Di abad ke-17 rumah-rumah pelacuran berdiri sebagai tempat pelampiasan nafsu para hidung belang. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedelur... Karena menempuh perjalanan jauh dan penuh risiko, pada tahun 1630 pemerintah kolonial di Belanda melarang untuk mengirim wanitanya ke Asia, khususnya Hindia Belanda. Namun, bagi pegawai tinggi diizinkan membawa istri dan anak-anak mereka ke wilayah jajahan.

Akibatnya, Batavia menjadi daerah dengan banyak lelaki dan hanya sedikit wanita berkulit putih. Karena itulah mereka (orang-orang Belanda) mengawini para budak untuk dijadikan nyai, dan lahirlah keturunan Indo-Belanda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Bacaan Doa Buka Puasa Ramadhan 2022

Di Batavia orang Belanda memakai istilah mestizen untuk menyebut orang berdarah campuran antara Asia dan Eropa. Mereka memakai bahasa Portugis, umumnya bahasa yang dipakai pada abad ke-19 di Batavia.

Sejarawan Belanda, Hans Bonke, menyebutkan, janda-janda kaya dari pegawai Kompeni sangat disukai sebagai istri seorang bujangan yang ambisius. Dengan demikian terjadi hubungan keluarga di antara keluarga-keluarga penting yang mempengaruhi masa depan seseorang.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Kampung Kesal di Jakarta Kencing Harus Bayar Mahal

Berita Terkait

Image

Gara-Gara Kamar Hotelnya Didatangi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan