Sejarah

Miyabi Datangi Bali, Jadi Teringat Soekarno Tawarkan Wanita Indonesia Jadi Budak Seks Tentara Jepang

Maria Ozawa dan Jugun Ianfu. Selama kurun 1942-1945, puluhan ribu gadis-gadis Indonesia dipaksa menjadi budak seks tentara Jepang.
Maria Ozawa dan Jugun Ianfu. Selama kurun 1942-1945, puluhan ribu gadis-gadis Indonesia dipaksa menjadi budak seks tentara Jepang.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Mantan bintang film biru asal Jepang, Maria Ozawa memenuhi janjinya datang ke Indonesia. Perempuan yang akrab disapa Miyabi itu kini sedang berada di Bali. Kedatangan Miyabi ke Indonesia, mengingatkan kita kepada peristiwa kelam saat Indonesia dijajah Jepang, di mana para perempuan Indonesia diteror para prajurit Belanda untuk dijadikan budak seks.

Periode Jepang menjajah Indonesia adalah salah satu yang terburuk setelah lepas dari Kolonial Belanda. Prajurit Jepang yang bringas dan tidak bisa menahan hawa nafsu sering memperkosa gadis-gadis Indonesia untuk memenuhi rasa haus akan seks. Budak seks tentara Jepang itu disebut jugun ianfu.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Kampung Kesal di Jakarta Kencing Harus Bayar Mahal

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Soekarno yang saat itu berada di Padang, Sumatra Barat berstrategi agar tentara Jepang tidak mengganggu gadis Indonesia. "Perempuan yang akan mereka rusak adalah perempuan-perempuan bangsaku. Termasuk suku Minangkabau yang terkenal taat beragama," ujar Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Bangsa Indonesia.

Demi menyelamatkan gadis-gadis tersebut, Soekarno putar otak dan mencari masalah seks tersebut. Ia pun berdiskusi dengan tokoh adat dan agama setempat untuk mencegah gadis baik-baik dimasukan dalam lokalisasi tentara Jepang. Soekarno pun mengusulkan agar pelacur profesional saja yang dipekerjakan.

BACA JUGA: Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

"Semata-mata sebagai tindakan darurat, demi menjaga para gadis kita, aku bermaksud memanfaatkan para pelacur di daerah ini. Dengan cara ini, orang-orang asing dapat memuaskan keinginannya dan sebaiknya para gadis tidak diganggu," kata Soekarno mengklaim.