Nama Kota Tua Diganti Jadi Batavia: Ini Pintu Kecil Menuju Benteng Batavia Zaman Belanda
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengubah nama kawasan wisata Kota Tua menjari Batavia. Alasannya karena Pemprov DKI ingin merancang ulang kawasan Kota Tua menjadi kota masa depan.
Anies menyebut nama Batavia dipilih karena mencerminkan masa lalu tetapi dirancang dan dikemas sebagai kota modern masa depan. "Kota ini kawasan ini disebut Kota Tua, tapi kita rancang ulang sehingga Kota Tua ini menjadi kota masa depan, namanya Batavia mencerminkan masa lalu, tapi konsepnya mencerminkan kota modern masa depan. Itu yang sedang dibangun di tempat ini," kata Anies.
BACA JUGA: Ruhut Sitompul Dinilai Rasis Usai Posting Foto Meme Anies Pakai Baju Adat Papua
Semangat Anies menghadirkan masa lalu pasti menimbulkan kontroversi. Terlepas dari hal tersebut, dahulu masyarakat yang ingin ke Batavia harus melintasi sebuah pintu gerbang. Seperti terlihat pada foto di atas yang berasal dar dari buku ‘Oud Batavia’ (Kota Tua Batavia). Foto tersebut memperlihatkan kawasan Pintu Kecil di China Town, Glodok, yang terletak di luar Kota Batavia, yang sampai 1809 dikelilingi tembok (benteng).
Dalam foto itu benteng berupa pintu kecil untuk masuk kota Batavia sudah tidak tampak lagi. Di samping pintu kecil, VOC juga dibangun Pintu Besar, yang sampai kini keduanya baik Pintu Kecil dan Pintu Besar menjadi nama jalan raya di Jakarta Kota.
BACA JUGA: Banjir Darah di Batavia Usai Tentara VOC Bantai 10 Ribu Orang China dari Balita Hingga Manula
Seperti Pintu Besar Utara (zaman Belanda disebut Binen Nieuwpoort Straat) dan Pintu Besar Selatan (Buiten Nieuwpoort Straat) adalah pintu keluar masuk ke benteng Batavia dari arah selatan lebih besar dari pintu kecil. Belanda membangun pintu kecil pada 1638 dan pintu besar tujuh tahun sebelumnya (1631). Kedua pintu pertahanan ini ditutup menjelang malam hari untuk mencegah kemungkinan serangan dari balatentara Banten dan Mataram.