Wisata

Daging Kambing Nasi Kebuli Hidangan Spesial di Maulid Nabi

Nasi Kebuli di Maulid Nabi. Foto: Republika.
Nasi Kebuli di Maulid Nabi. Foto: Republika.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Peringatan Maulid Nabi mulai digelar di berbagai tempat. Di Indonesia maulid diperingati sampai dua bulan kemudian. Salah satu acara Maulid Nabi yang paling meriah adalah yang diadakan di Majelis Taklim Habib Ali Kwitang, Jakarta Pusat. Bukan saja karena banyaknya pengunjung, tapi sudah berlangsung selama 93 tahun tanpa henti. Maulid Nabi di majelis itu berlangsung tiap Kamis terakhir bulan Rabiulawal.

Maulid Nabi di Kwitang dimulai pada masa Habib Ali Alhabsyi, ulama kelahiran Kwitang tahun 1869, yang meninggal pada 1968 dalam usia 99 tahun Masehi atau 103 tahun Hijriah. Diselenggarakan di kediamannya yang sekaligus tempat kelahirannya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Habib Ali telah menyelenggarakan 51 kali peringatan Maulid Nabi. Setelah Habib meninggal, tradisi itu dilanjutkan putranya, Habib Muhammad Alhabsyi, sebanyak 26 kali. Kemudian, diteruskan oleh cucunya, Habib Abdurahman Alhabsyi, sejak 1994 hingga sekarang (sudah 16 tahun).

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Teroris Sudah tak Ada karena Semua Teroris Sudah Jadi Menteri

Pada 17 Oktober 1971, Presiden Soeharto menjadikan majelis taklim tersebut sebagai Islamic Centre Indonesia (ICI). Pak Harto dalam sebuah akte ICI minta agar peringatan Maulid Nabi pada Kamis akhir bulan Rabiulawal harus terus dilaksanakan setahun sekali oleh penggantinya bila Habib Muhammad meninggal dunia. Habib Abdurahman, yang memimpin Majelis Taklim Kwitang sejak 1993, adalah generasi ketiga.

Ada yang khas pada peringatan Maulid Nabi di Kwitang, berupa hidangan beratus-ratus nampan nasi kebuli. Tiap nampan untuk lima atau enam orang. Mereka makan bersama dari satu nampan tanpa piring. Tidak diketahui apakah ini mencontoh kebiasaan di Hadramaut.

Menurut Habib Abdurahman, hidangan nasi kebuli pada peringatan Maulid Nabi telah dirintis sejak masa kakeknya. Dia memuji kelezatan kebuli Kwitang, yang tidak ada duanya, bukan hanya di Jakarta tapi di Indonesia.

”Kunci kelezatannya ada pada minyak samin yang saya olah sendiri yang tidak kalah dengan samin dari Arab dan Hyderabad India,” katanya.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kalau Punya Duit Saya Mending Dagang Rambutan daripada Bikin Bank Islam

Nasi kebuli diyakini berasal dari India ketika para imigran Hadramaut pada abad ke-18 sebelum ke Nusantara terlebih dulu singgah cukup lama di Gujarat. Dugaan itu diperkuat oleh fakta bahwa makanan pokok di Hadramaut bukan nasi tapi roti gandum. Setiba di Indonesia mereka membuat nasi kebuli yang sehari-hari biasa mereka nikmati di Gujarat.

Nasib kebuli Kwitang, menurut Habib Abdurahman, untuk bumbunya saja dia mencampur 29 macam rempah. Meskipun nasi kebuli Kwitang paling top, tapi tidak dikomersilkan.

Ketika ditanya tentang nasi kebuli yang diberi daging kambing sarat kolesterol, Habib menyatakan, para pengunjung Maulid Nabi di Kwitang meyakini sebagai Maulid yang qabul. Karenanya, mereka menganggap menikmati nasi kebuli itu ‘untuk mendapatkan berkah’. Hampir semua pengunjung tidak khawatir pada kolesterolnya.

Meskipun dihadiri ribuan jamaah, Habib Abdurahman yakin, ‘Insya Allah semua kebagian makan'. Untuk konsumsi, dia telah memesan lebih dari 200 ekor kambing.

BACA JUGA: Vladimir Putin Tertawa Mentan Rusia Ingin Ekspor Daging Babi ke Indonesia

Harga kambing sekarang ini satu setengah kali lebih mahal dari tahun lalu, antara Rp 600 ribu sampai Rp 650 ribu per ekor. Tahun lalu hanya sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu per ekor.

Kalau tahun lalu dia telah menghabiskan sekitar Rp 150 juta untuk membeli kambing, tahun ini sekitar Rp 200 juta. Juga tiga ton (3.000 kg) beras Saigon terbaik.

”Meskipun saya tidak pernah minta bantuan, tapi teman-teman banyak yang mengulurkan tangan,” katanya.

Nasi kebuli untuk para tamu disediakan sejak hari Selasa, terutama untuk jamaah dari daerah dan luar negeri. Pada malam Kamis, setelah ziarah ke makam Habib Ali, acara dilanjutkan makan malam dengan hiburan gambus dan marawis.

Acara hiburan itu sudah ada sejak masa Habib Ali. Puncaknya adalah acara Maulid Nabi pada Kamis, 26 Maret 2009, dimulai shalat Ashar dan diteruskan shalat Magrib. Kemudian para jamaah kembali menyantap kebuli. Meskipun dihadiri ribuan jamaah dia yakin semuanya akan dapat ikut menikmatinya.

BACA JUGA: Habib Ali Kwitang Tolak Perintah Kaisar Jepang Membungkuk kepada Matahari

Pada masa hidupnya, Habib Ali bersama gurunya, Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Empang-Bogor), telah mengatur adanya Pekan Maulid Nabi di Jakarta dan Bogor. Seperti di Kwitang, pada hari Rabu berlangsung Maulid Nabi di Bogor.

Kemudian, pada Sabtu di Al-Hawi, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada hari Ahad di Masjid Luar Batang, Pasar Ikan, dan Senin di Masjid Kampung Bandan, Jakarta Utara.

Ada hidangan yang tidak terdapat di tempat lain, selain pada acara Maulid Nabi di Kwitang. Yaitu, hidangan kharissadari kata muaris (penganten). Makanan ini disediakan untuk santap Jumat pagi setelah Maulid Subuh.

BACA JUGA: Fatwa Gus Dur untuk Dorce yang Bertanya Soal Status Kelaminnya

Untuk membuatnya, daging kambing dibersihkan dulu tulang-tulangnya. Daging kambing 1,5 kg dicampur dengan satu kg gandum. Daging dan gandum, setelah dicampur, kemudian dimasak selama berjam-jam dengan diberi bumbu-bumbu.

”Karena itulah dia dinamakan makanan pengantin. Maksudnya, untuk bikin senang istri,” kata Habib Abdurahman sambil tertawa.

Selain Pak Harto, sebelum kemerdekaan Bung Karno pernah hadir di Kwitang. Almarhum Bung Karno merupakan salah seorang sahabat Habib Ali. Demikian juga BJ Habibie dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

BACA JUGA:
Humor Gus Dur: Yang Pendendam Itu Unta Bukan Manusia

Humor Gus Dur: Ratusan Orang NU Jadi Muhammadiyah karena Sholat Tarawih
Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Shalat di Masjid Istiqlal, Mabuk di Restoran Bioskop Capitol

Image

Sunah Rasul di Malam Jumat Bukan Hanya Bercinta dengan Pasangan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan