Stasiun Balapan Solo Awal Mula Feodal Keraton Solo Menyerap Kebudayaan Barat
Sejarah
Modernisasi dimulai kapal uap antara Batavia – Calcutta (India) – Eropa pada 1849. Pada 1869 dengan dibukanya terusan Suez, pelayaran antara Jawa dan Eropa makin dipercepat dan lebih murah biayanya.
Meningkatnya arus kedatangan orang Eropa ke Jawa, baik sebagai pejabat pemerintah kolonial maupun sebagai pengusaha swasta penanam modal pada industri perkebunan, telah menimbulkan derasnya arus modernisasi gaya hidup yang mengacu pada tata borjuis Eropa. Maka pada akhir abad ke-19, mobil sebagai perwujudan transportasi modern mulai banyak dimanfaatkan oleh kaum elit Eropa.
BACA JUGA: Download WhatsApp GB (WA GB) Versi Juli 2022: Anti-banned, Aman, dan Cepat
Mobil-mobil pada masa itu menggunakan bahan bakar gasoline. Mobil yang dipasarkan di Jawa kebanyakan merek-merek terkenal dan sampai sekarang masih mampu bertahan di pasar internasional, seperti Ford (Amerika), Rhenault (Prancis) dan Fiat (Italia). Kalangan elite bangsawan keraton juga menggunakan mobil sebagai kendaraan resmi.
Merek mobil pertama milik Paku Buwana X adalah Fiat. Kemudian ketika putranya, GPH Djojokusumo, pulang dari studi di Belanda, ia membawa oleh-oleh untuk susuhunan mobil baru Mercedes Benz.
BACA JUGA: Cara Download Video YouTube Jadi MP3 (Lagu) Pakai MP3 Juice, Dijamin Cepat dan Mudah
Dalam perjalanan ke daerah-daerah yang bersifat rekreasi (incognito) seperti kunjungan ke pesanggrahan Paras, Boyolali atau Borobudur, Paku Buwana X mengendarai mobil yang diiringi para pejabat keraton atau gopernemen. Untuk acara incognito itu, seperti berburu ia memakai pentolan dan jas tutup warna putih lengkap dengan topi Panama.
Kebiasaan sehari-hari dari kebudayaan borjuis Barat yang menjadi simbol status baru kaum elit pribumi adalah minum minuman keras. Sebagai contoh, di Batavia banyak penduduk pribumi yang telah bertingkah laku sebagai orang Barat yaitu makan kentang dan menenggak minuman keras atau bier.
