Sejarah

Di Italia Ada Perahu Gondola Venezia, Jakarta Punya Eretan atau Getek Perahu dari Bambu


Suasana kampung yang masih hijau royo-royo kini sudah sangat jarang terdapat. Akibat lebih dari 60 persen uang beredar di Jakarta, kota ini jadi kepadetan penduduk untuk mengadu nasib. Kini banyak kampung lama yang mengalami perubahan, bahkan ada yang sudah tidak ada. Menjadi hutan beton, berupa pusat perdagangan, kantor, dan perumahan modern. Namun, pertumbuhan pemukiman makin tidak teratur.

Saluran air banyak yang tidak bekerja. Pohon banyak yang ditebang. Sementara masyarakat makin tidak peduli terhadap keindahan kotanya. ”Jakarta sekarang kurang indah, dibandingkan tempo doeloe ketika bernama Betawi,” kata Yahya Andi Saputra, seniman dan budayawan Betawi.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Baru Juga Dapat Motor, Kiai NU Nabrak Rumah karena Ngerem Pakai Kaki

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Masih cerita tentang sungai, dulu di Jakarta banyak terdapat eretan. Eretan adalah prasarana angkutan penyeberangan sungai di Jakarta tempo doeloe. Sarana angkutan ini berupa getek terbuat dari satu atau dua lapis deretan bambu-bambu bulat panjang.

Gagasan membuat eretan didorong oleh kebutuhan masyarakat akan angkutan penyeberangan kala itu, terutama mereka yang sering bepergian dengan menyeberangi sungai. Kala itu, sungai-sungai yang mengalir di Jakarta arusnya masih cukup deras, jarak kedua tepiannya masih lebar dan sungainya cukup dalam.

BACA JUGA: Demi Uang Perjaka Batavia Tergoda Janda-Janda Pejabat Belanda, Orang China Sewa PSK di Mangga Dua

Karena menyangkut kebutuhan masyarakat, eretan kala itu bisa dijadikan kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan bagi para pemiliknya. Usaha eretan tidak mengenal istirahat, karena selalu dibutuhkan masyarakat dalam bepergian, baik di hari kerja maupun libur.

Sampai akhir 1950-an, antara keluruhan Kwitang dengan kampung Kalipasir di kelurahan Gondangdia masih dihubungkan dengan eretan. Tempat-tempat penyeberangan tidak pernah sepi dari para pengguna jasa angkutan ini, baik siang maupun malam.

BACA JUGA: Cindaku, Legenda Manusia Harimau Penjaga Gunung Kerinci

Tarif penyeberangan cukup murah, sekitar sepicis atau 10 sen per orang. Setelah tahun 1960-an, eretan yang menghubungkan Kwitang-Kalipasir sudah tidak ada lagi dengan dibangunnya jembatan. Tapi sampai sekarang, Gang Eretan di Kalipasir masih sering diucapkan orang Betawi yang tinggal di kedua kampung yang dipisahkan sungai Ciliwung.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seperti Cinta, Kisah Sejarah Juga Perlu Diceritakan