7 Wali Penyebar Agama Islam di Tanah Betawi
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Penyebaran Islam di Batavia atau Jakarta saat ini sudah berlangsung sejak Fatahilah, panglima Kerajaan Islam Demak menaklukkan Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Namun sejarawan Betawi, Ridwan Saidi meyakini lebih dari 100 tahun sebelum kedatangan balatentara Falatehan yang mengusir orang Barat (Portugis) di Teluk Jakarta (sekitar Pasar Ikan), tepatnya pada tahun 1412, masyarakat Betawi sudah lebih dulu memeluk Islam.
Saat itu penyebaran agama Islam di Batavia digerakkan oleh Syekh Kuro, seorang ulama dari Campa (Kamboja). Pada tahun tersebut, Syekh Kuro telah membangun sebuah pesantren di Tanjung Puro, Karawang. Ridwan Saidi menyebutkan, dalam proses Islamisasi, terdapat tujuh wali Betawi.
Tujuh wali Betawi tersebut adalah Pangeran Darmakumala dan Kumpi Datuk yang dimakamkan berdekatan, di tepi kali Ciliwung, dekat Kelapa Dua, Jakarta Timur. Kemudian Habib Sawangan, yang dimakamkan di depan Pesantren Al-Hamidiyah, Depok. Pangeran Papak, dimakamkan di Jl Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur.
Wali lainnya, Ki Aling, menurut Ridwan, tidak diketahui makamnya. Ketujuh ‘wali Betawi’ ini, menurutnya, hidup sebelum penyerbuan Fatahilah ke Sunda Kelapa. Beberapa generasi setelah tujuh wali itu, terdapat Habib Husein Alaydrus yang dimakamkam di Luar Batang, tempat ia membangun masjid pada awal abad ke-18.
Kong Jamirun dimakamkan di Marunda, Jakarta Utara. Datuk Biru, makamnya di Rawabangke, Jatinegara. Serta Habib Alqudsi dari Kampung Bandan, Jakarta Utara. Di Mekkah, terdapat Sheikh Junaid Al-Betawi, yang berasal dari Kampung Pekojan, Jakarta Barat.
Syekh Junaid, yang kumpi dari Habib Usman bin Yahya, adalah guru dari Syekh Nawawi Al-Bantani, yang mengarang ratusan kitab, tersebar di berbagai negara Islam. Habib Usman, sendiri adalah salah seorang guru dari Habib Ali Alhabsji, pendiri majelis taklim Kwitang, Jakarta Pusat. Seperti daerah lainnya di Nusantara, Islamisasi di Betawi berlangsung penetration pacifique (penyebaran secara damai).