Sejarah

Cuci Mata Nonton Cewek Blasteran Indo Belanda Main Basket di Lapangan Banteng

Potret keluarga Indo Belanda.
Potret keluarga Indo Belanda.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Di era 1950-an cewek Indo, hasil peranakan orang Belanda dan pribumi, senang main bola keranjang atau bola basket. Lapangan Banteng menjadi tempat mereka latihan. Saat itu, banyak penonton, khususnya laki-laki, yang berbondong-bondong menyaksikan mereka adu tangkas. Para penonton biasanya yang datang untuk ‘cuci mata’.

Cewek-cewek Indo itu umumnya tinggal di Kramat IV, V, dan VI, Salemba dan Matraman. Rumah-rumah mereka cukup besar dengan pekarangan luas. Di Salemba, sejumlah rumah yang pernah ditinggali Indo, kini menjadi gedung Depsos, dan sejumlah pertokoan.

BACA JUGA: Karena Kurang Biaya, Pemerintah Hindia Belanda Batalkan Rencana Pemindahan Ibu Kota

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di rumah-rumah mereka yang luas di Jakarta, keluarga Belanda umumnya memiliki empat atau lima pembantu atau asisten rumah tangga (ART), orang Belanda menyebutnya jongos (pelayan yang masih bujang), tukang kebun yang menyapu pekarangan dengan sapu lidi, dan seorang pembantu yang menyibukkan diri di sumur menimba air.

Pada pukul enam pagi, sang suami, didampingi istri, sebelum ke kantor, berada di beranda untuk minum kopi tubruk sambil mengisap rokok. Istri-istri itu masih memakai slaapbroeken (pakaian tidur). Kala itu, bila sore hari banyak lelaki Indo memakai piyama yang merupakan pakaian saat mereka berada di rumah. Sementara para mevrouw (nyonya) memakai kebaya dan kain batik meniru gaya pribumi.

BACA JUGA: Kebaya Encim Bikin Wanita Indo Belanda dan Peranakan China Jatuh Cinta

Anak-anak mereka yang punya perawakan tinggi, berkulit putih, dan berhidung mancung, pergi ke sekolah dengan dokar atau sepeda. Mereka kembali pulang ke rumah pukul satu siang. Setelah melepaskan sepatu, mandi, dan memakai baju yang bagus, mereka duduk rapi untuk makan siang dengan sambal goreng tempe yang selalu dihidangkan.

Kemudian, mereka istirahat tridur siang. Pakaian rumah para wanita adalah kimono dan hoskot. Pakaian rumah ini dapat pula dikenakan selama sarapan dan waktu minum kopi di beranda yang biasanya nampak terbuka dari jalan.

BACA JUGA: Sebelum Citayam Fashion Week Viral, Kampung Citayam Sudah Terkenal Sejak Zaman Kolonial

.

DENGARKAN DONGENG PILIHAN UNTUK ANDA:

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.