Sejarah Gelar Haji di Indonesia, Diberikan Belanda untuk Redam Perlawanan Umat Islam
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Naik haji ke Tanah Suci menjadi salah satu puncak ibadah seorang Muslim. Sehingga menunaikan ibadah haji dan mendapatkan gelar haji menjadi tolok ukur ibadah seorang Muslim, khususnya di Indonesia, berarti sudah paripurna. Namun, tahukan Sedulur jika gelar haji bukan diberikan Pemerintah Arab Saudi, melainkan "cap" dari Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana asal usulnya?
Gelar Haji diberikan Pemerintah Hindia Belanda kepada umat Islam di Nusantara yang baru saja pulang dari Tanah Suci setelah selesai menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Ternyata pemberian gelar tersebut bukan sebagai bentuk penghormatan, melainkan sebagai langkah antisipasi Pemerintah Hindia Belanda terhadap perlawanan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh para haji.
Alasan diberikan label haji karena para Pak Haji dan Bu Haji di era itu ketika pulang ke Tanah Air, bisanya tidak hanya membawa misi menyebarkan dakwah setelah mendapatkan banyak ilmu di Tanah Suci. Mereka juga punya misi perjuangan melawan penjajah.
.
BACA JUGA: Pulang dari Tanah Suci, Jamaah Haji Wajib Dikarantina di Pulau Onrust
Awalnya, para pegawai kongsi dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tidak melihat ibadah haji dari sudut pandang politik, melainkan dari perdagangan yang membawa keuntungan. Sebab, para pegawai VOC menyediakan kapal-kapal untuk perjalanan ke Saudi.
Penyelenggaraan haji sebagai gerakan politik baru terasa ketika VOC bangkrut dan digantikan Kerajaan Belanda. Dalam Ordonansi Haji tahun 1825, Pemerintah Hindia Belanda membatasi jumlah umat Islam yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Tujuannya tak lain agar tidak ada pemberontakan.
BACA JUGA: Saking Hebatnya, Jamaah Haji Indonesia Bikin Setan Sampai Jengkel, Ini Alasannya
Salah satu cara yang dilakukan adalah menaikkan biaya haji. Tapi bukannya berkurang, jumlah umat Islam yang mengajukan paspor haji ke kantor imigrasi justru mengalami lonjakan pada 1824. Situasi ini membuat bingung Pemerintah Hindia Belanda karena ditakutkan para haji itu akan menyebarkan pikiran-pikiran baru.
Salah satu yang paling fenomenal adalah Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro, dipelopori para pemuka agama. Perang yang berlangsung selama lima tahun dari 1825-1830 itu bahkan membuat Pemerintah Hindia Belanda bangkrut.
BACA JUGA: Cerita Makan Malam dengan Raja Arab Saudi Usai Naik Haji
Karena dasar itulah, pemerintah Belanda melabeli setiap Muslim yang baru ibadah haji dengan gelar "haji". Dengan begitu mereka akan diawasi pergerakannya.
Salah satu cara mengawasi pergerakan mereka adalah dengan memberlakukan "ujian haji". Mereka yang mengaku baru pulang dari Tanah Suci harus membuktikan kebenaran jika mereka benar-benar mengunjungi Mekkah. Jika dianggap lulus, mereka berhak menyandang gelar gaji dan diwajibkan memakai "pakaian khusus haji" berupa jubah, serban putih atau kopiah putih.
BACA JUGA: Doa Nabi Agar Cepat Naik Haji
Dari Ujian Haji itulah penyematan haji diberlakukan. Tujuannya untuk mempermudah pengawasan agar Pemerintah Kolonial Belanda tidak perlu repot-repot mengawasi satu per satu. Sehingga ketika ada perlawanan terhadap Belanda, mereka tinggal menangkap para haji.
.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Tak Lagi Terbitkan Koran, Republika Siap Full Digital Agar tak Ketinggalan Kereta dan Zaman
> Download GB WA (WhatsApp GB) Gratis Pakai Google Chrome: Banyak Update Fitur-Fitur Seru
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.