Sejarah

Gara-Gara Perang Dunia II, Jamaah Haji tak Bisa Pulang ke Indonesia, Arab Saudi Izinkan Umat Islam TInggal

  Jamaah Haji Indonesia. Kerajaan Arab Saudi pernah memberikan izin kepada jamaah haji Indonesia yang tidak bisa pulang ke tanah air karena Perang Dunia II, untuk tinggal di Mekkah.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pada abad ke-19, banyak ulama Betawi yang belajar di Arab Saudi atau negara Timur Tengah lainnya. Warga keturunan Arab di Hindia Belanda saat itu juga mengirimkan anaknya ke Turki pada masa Khalifah Utsmani.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di era tersebut juga lahir Gerakan Pan Islam. Pemerintah Hindia Belanda lewat pendapat Prof C Snock Horgronje, menganggap Pan Islam sebagai gerakan berbahaya bagi kelangsungan penjajahan.

Baca Juga: Daging Kambing Nasi Kebuli Hidangan Spesial di Maulid Nabi

Pada 1939, ketika rombongan jamaah haji Indonesia sampai di Tanah Suci, terjadi Perang Dunia II. Mereka tidak bisa pulang ke Tanah Air karena zona laut dinyatakan sebagai daerah peperangan. Saat itu jamaah haji berangkat dan pulang ibadah haji menggunakan kapal laut.

Situasi itu membuat Raja Saud memberikan izin kepada para jamaah yang tertahan akibat peperangan untuk tinggal di negaranya. Sebelumnya (sejak masa Syarif Husein), banyak warga Indonesia, termasuk ulamanya, menjadi mukmin di negara itu.

Baca Juga: Asal Usul Jamaah Haji Perempuan Indonesia Dipanggil Siti Rahmah di Arab Saudi

Banyak ulama Betawi yang belajar pada Sayid Alawi al-Maliki, ayah dari Sayid Muhamad Muhammad al-Maliki. Beliau sering berkunjung ke Indonesia sebelum wafat beberapa tahun lalu.

Ketika saya umrah pada 2002 bersama tokoh ulama dari Jakarta dan Surabaya, kami datang ke kediaman Sayid Muhammad al-Maliki. Rumahnya sedikit di luar Kota Makkah.

Baca Juga: 3 Ulama Indonesia yang Jadi Imam dan Mengajar di Masjidil Haram Makkah Arab Saudi

Saat itu kami Shalat Maghrib hingga Isya di sana. Di sela-sela ibadah wajib tersebut diselingi ratiban dan pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang sebetulnya tabu digelar di Arab Saudi.

Menariknya acara ratiban dan maulid ini dihadiri sejumlah ulama dari Afrika dan negara Asia lainnya. Setelah itu, kami bersama dengan ratusan jamaah dari mancanegara makan nasi kebuli yang dihidangkan pada nampan, seperti di Majelis Taklim Kwitang atau majelis taklim lainya.

Baca Juga: Benarkah Lebaran 2023 di Arab Saudi Sama dengan Muhammadiyah?

Di sini, saya dapati sekitar 200 pelajar dari Indonesia. Termasuk para mukimin yang telah tinggal selama puluhan tahun di Arab Saudi, menjadi warga negara kerajaan. Rupanya, Kerajaan Arab Saudi tidak menghalangi kegiatan keagamaan di Majelis Al-Maliki yang telah berlangsung sejak leluhur meski bertentangan dengan paham kerajaan.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.