Sejarah

Soekarno Marah karena Soeharto Bubarkan PKI Buntut Pemberontakan G30S/PKI

 

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pasca-meletusnya meletusnya pengkhianatan G30S/PKI, Letjen Soeharto yang ditugaskan untuk menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI), bergerak cepat. Puncaknya pasca-PKI dibubarkan pada 12 Maret 1966 atau sehari setelah keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).

Sejak menerima Supersemar, Soeharto memulai perannya sebagai pemimpin Indonesia. Hanya sehari setelah menerima Supersemar, Pak Harto menahan dan memenjarakan sejumlah menteri Kabinet Dwikora yang dipimpin Presiden Soekarno, seperti wakil perdana menteri I/menlu Dr Subandrio dan ketua MPRS Chaerul Saleh.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tindakan Soeharto membubarkan PKI membuat Soekarno geram. Pagi hari, 12 Maret 1966, dari Istana Bogor, Presiden Soekarno naik helikopter menuju Istana Negara di Jakarta.

"Ia akan membuka rapat pimpinan ABRI di Istana Negara. Rapat itu dihadiri lengkap oleh semua unsur petinggi TNI dan Polri, kecuali Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto," cerita Alwi Shahab, wartawan sepanjang masa Republika pada 2017.

Suasana hari itu sangat berbeda dengan sehari sebelumnya ketika Bung Karno terpaksa harus lari dari sidang kabinet menyelamatkan diri ke Istana Bogor. Saat itu, istana dikepung pasukan bersenjata, namun tanpa identitas kesatuannya.

Pada rapat pimpinan ABRI itu, Bung Karno akan membacakan surat perintah yang malamnya sudah dia berikan kepada Letjen Soeharto. Surat perintah itu tertanggal 11 Maret 1966. Belakangan disebut sebagai Supersemar.

Presiden Soekarno merasa heran karena orang yang dia berikan perintah, yakni Letjen Soeharto, malah tidak hadir. Padahal, panglima angkatan laut, angkatan udara, dan kepolisian hadir semua.

Soekarno pun mencari tahu mengapa dalam keadaan sangat penting, Letjen Soeharto selalu tidak hadir. Pertama, sidang kabinet, 11 Maret 1966, saat istana dikepung pasukan liar yang diduga dari angkatan darat. Di situ, Letjen Soeharto tidak hadir.

Kedua, saat Rapim ABRI 12 Maret itu, lagi-lagi Soeharto pun tidak hadir. Ada sesuatu yang janggal, panglima angkatan darat tidak hadir dalam Rapim ABRI.

Bung Karno semakin terkejut ketika diberitahu bahwa Men/Pangad Letjen Soeharto telah membuat Surat Keputusan (SK) Presiden/PANGTI ABRI/Mandataris MPRS/ PBR No 1/3/1966 tentang pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI). Bung Karno marah.

Ia menilai, tindakan Soeharto ngawur dan bertentangan dengan isi serta jiwa Supersemar. Maka, Bung Karno memerintahkan Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II J Leimena untuk meminta pertanggungjawaban Soeharto sebagai pemegang Supersemar.