Gunung Salak Meletus dan Gempa Sukabumi Hancurkan Istana Bogor
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gempa magnitudo 4,7 terjadi di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) yang terasa hingga ke Depok dan Bogor, Kamis (14/12/2023) pada pukul 06.35 WIB. Gempa tersebut dengan titik koordinat 6,77LS, 106,54 BT dan kedalaman 10 Km.
Bicara gempa di Bogor, Kota Hujan tersebut pernah mengalami beberapa gempa, termasuk gempa bumi dahsyat akibat meletusnya Gunung Salak. Bahkan saat itu sebagian bangunan Istana Bogor hancur.
Tak hanya bangunan istana yang dahulu ditempati Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saja yang rusak, gempa yang terjadi pada 10 Oktober 1834 itu juga meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Bogor yang dahulu bernama Buitenzorg.
Baca Juga: Zaman Belanda Wisata ke Puncak Bogor Harus Naik Kereta Kuda, Lewati Hutan dan Bertemu Hewan Buas
Gempa itu membuat sejumlah bangunan istana rusak dan harus diperbaiki. Upaya penyelesaian dan penyempurnaan Istana sudah dilakukan, seperti pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856).
Gempa bumi itu akhirnya mengubah bentuk istana dengan hanya berlantai satu mengikuti gaya Paladio yang populer di Eropa pada abad ke-19. Saat itu bangunan lama yang terkena gempa, dirubuhkan dan dibangun kembali menjadi bangunan baru satu tingkat.
Bangunan istana yang baru itu mempertahankan konsep bangunan induk di tengah dengan masing-masing sebuah bangunan di sayap kanan dan kiri. Untuk menghubungkan satu bangunan dengan bangunan lainnya Van Twist membangun buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung.
Baca Juga: Anies Baswedan Disebut tak Bisa Jadi Presiden karena Bukan Orang Indonesia Asli, Benarkah?
Penyelesaian pemugaran bangunan Istana Bogor baru selesai di era kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856-1861). Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda.
Istana Buitenzorg yang pernah ditempati 44 gubernur jenderal itu terakhir kali dihuni seorang gubernur jenderal pasca-Belanda kalah di Perang Dunia II. Gubernur Jenderal Tjarda van Starckenborg Stachouwer sebagai penghuni terakhir terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang.
Contoh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pernah menghuni Istana Buitenzorg adalah Dirk Fock (1921-1926). Ia dikenal sebagai gubernur jenderal yang sangat menyusahkan rakyat karena menaikkan berbagai macam pajak dengan seenak udelnya sendiri.
Baca Juga: Rusa Tutul, Dulu Diburu Bangsawan Inggris Kini Jadi Primadona Istana Bogor
Ada juga Gubernur Jenderal BC De Jonge (1931-1936) yang hidup di era para pemimpin Indonesia sedang berjuang ke arah memerdekakan Indonesia. De Jonge dikenal sebagai gubernur jenderal bertangan besi. Sejumlah tokoh perjuangan seperti tiga serangkai Soekarno, Hatta, dan Sjahrir menjadi korban penangkapan dan pembuangan ke pengasingan.
Saat gempa terjadi, bagian istana rontok dan para petinggi Hindia Belanda yang sedang berada di dalam Istana panik lalu berhampuran ke luar istana untuk menyelamatkan diri. Peristiwa itu tidak pernah bisa hilang dari benak J.C. Baud, Gubernur Jenderal Belanda yang memimpin Batavia ketika gempa itu terjadi.
Setelah kembali ke Belanda, Baud meminta seorang pelukis handal, Willem Troost untuk melukiskan apa yang telah ia lihat dan rasakan. Namun Willem Troost tidak pernah datang ke Indonesia, Willem hanya mengandalkan sketsa-sketsa dan penjelasan Baud tentang bentuk Istana Buitenzorg.
Setelah itu Willem menggambarkan Istana Buitenzorg dengan cat minyak di atas kanvas dengan penggambaran bagian depan dan pintu utama istana terlihat roboh, sisi barat istana retak dan sedikit jebol. Lukisan permintaan Baud karya Willem itu kini tersimpan di Rijkmuseum di kota Amsterdam, Belanda.
Selain meminta Willem melukiskan Istana Buitenzorg, Baud juga minta dibuatkan lukisan Buitenzorg Palace sebelum gempa mengguncang Bogor. Buitenzorg Palace yang dibangun di pertengahan abad ke-18 dulunya diperuntukkan sebagai tempat beristirahat atau villa para Gubernur Jenderal Belanda, namun pada abad ke-19, kegunaannya berubah menjadi tempat tinggal gubernur jenderal dan sebagai simbol kemapanan kolonial.
Istana Buitenzorg memang menjadi bangunan yang anggun dan berwibawa ketimbang bekas rumah saudagar di Rijswijk yang pada 1816 dijadikan kediaman Gubemur Jenderal di Batavia. Berdirinya Istana Buitenzorg membuat Pemerintah Hindia Belanda membatalkan rencana membangun istana bagi Gubernur Jenderal di Waterlooplein (Lapangan Banteng).
Bangunan yang sudah dimulai sejak masa Daendels itu kemudian diperuntukkan sebagai gedung kantor Pemerintahan. Salah satu bangunan yang belum selesai dibangun adalah gedung yang kini menjadi kantor Kementerian Keuangan.
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.