Budaya

Tradisi Tahlilan dan Baca Surah Yasin Malam Jumat Dimulai Sejak Wali Songo Dakwahkan Islam Era Kerajaan Demak

Membaca Alquran. Tradisi membaca Surah Yasin setiap malam Jumat dimulai sejak era Wali Songo.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Membaca Surah Yasin setiap malam Jumat atau yang dikenal dengan Yasinan sudah menjadi tradisi untuk sebagian umat Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Lalu bagaimana sejarahnya Yasinan tercipta?

Tradisi Yasinan dan tahlilan ternyata lahir bukan serta merta, melainkan ada proses akulturasi budaya dengan ajaran Islam yang masuk ke Indonesia di era Wali Songo. Islam diterima masyarakat di Nusantara tanpa lewat peperangan melainkan akulturasi budaya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Gara-Gara Perang Dunia II, Jamaah Haji tak Bisa Pulang ke Indonesia, Arab Saudi Izinkan Umat Islam TInggal

Saat itu ajaran Islam yang dibawa Wali Songo untuk disebarkan. Seperti di tanah Jawa Islam datang lewat produk budaya, seperti kesenian wayang.

Saat itu, para wali menjadikan sejumlah tradisi menjadi media dakwah. Perlahan-lahan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama dimodifikasi agar bisa tetap berjalan tanpa melanggar syariat Islam.

Baca Juga: Raden Patah Raja Demak & Wali Songo Ajak Rakyat Jawa Nonton Wayang Gratis, Tiket Masuk Baca 2 Kalimat Syahadat

Tradisi Yasinan dan pembacaan tahlil yang masih diamalkan sebagian umat Islam ketika malam Jumat termasuk modifikasi dari tradisi mendoakan arwah leluhur. Rapalan mantra yang sebelumnya jadi syarat digantikan lantunan bacaan ayat suci Alquran, dan Surah Yasin jadi pilihan.

Ada syair legendaris dari Abu Nawas tentang merayu Tuhan yang digubah menjadi bahasa Jawa dan di sejumlah wilayah dilantunkan dari sohibul hajat. Syair ini dilantunkan sembari menunggu sekaligus mempermudah jamaah mengetahui rumah mana yang menggelar acara Yasinan dan tahlil.

Baca Juga: Wali Songo Dakwah Gunakan Wayang dan Gamelan, Keturunan Hadramaut Pakai Musik Gambus

"Duh Pengeran kula sanes ahli suwarga. Nanging kula mboten kiyat wonten neraka. Mugi Tuhan paring taubat dumateng kula. Estu Tuhan kang ngapura agunge dosa. Dosa kula kados wedhi ing segara. Mugi gusti kersa nampi taubat kula. Saben dinten dosa kula tambah umur suda. Kados pundi anggenipun kula nyangga. Duh Gusti kawula sowan dhateng Paduka Sarana ngakeni dosa kelawan ndunga."

Akhirnya Yasinan menjadi produk kebudayaan bernuansa Islam yang berkembang di masyarakat Islam Jawa. Di awal-awal Islam mulai merangkul masyarakat Jawa di era Kerajaan Demak, Yasinan dipakai untuk mendoakan para leluhur yang sudah meninggal dunia.

Baca Juga: Buya Yahya: Yang Diharamkan Patung, Makanya Wayang Digepengkan Wali Songo

Tradisi ini dilakukan untuk menggantikan kebiasaan masyarakat di era tersebut yang masih terikat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, serta ajaran Hindu dan Budha. Biasanya juga tradisi mengirimkan rapalan mantra kental dengan penganut Kejawen.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Ilmuwan Dunia Sebut Muhammadiyah Ormas Islam Terbesar di Indonesia dan Dunia, Ini Buktinya

Image

Ilmuwan Dunia Sebut Muhammadiyah Ormas Islam Terbesar di Indonesia dan Dunia, Ini Buktinya

Image

Alasan Orang Muhammadiyah tak Baca Doa Qunut, tidak Ikut Tahlilan, dan Disebut Anti Ziarah Kubur