News

Muhammadiyah Usulkan Pilpres 2024 Diikuti Lebih dari Dua Paslon Capres-Cawapres, Ini Alasannya

Prof Abdul Mu’ti. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti berharap Pilpres 2024 diikuti lebih dari dua paslon capres dan cawapres. Foto: Dok Republika.
Prof Abdul Mu’ti. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti berharap Pilpres 2024 diikuti lebih dari dua paslon capres dan cawapres. Foto: Dok Republika.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kandidat calon presiden saat ini mengerucut kepada tiga nama, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Jika Anies dan Ganjar sudah dideklarasikan sebagai capres, Prabowo hingga kini masih belum mendeklarasikan diri maju pada Pilpres 2024. Bicara peluang Pilpres 2024 yang hanya akan diikuti dua pasangan calon capres dan cawapres, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti mencoba mengutarakan pendapatnya.

Prof Mu’ti mengusulkan agar Pilpres 2024 bisa menampilkan lebih dari dua calon pasangan capres-cawapres. Hal tersebut agar menghindari pola pikir biner, atau pola pikir yang sederhana dengan memandang segala hal hanya dalam dua kutub yang saling bertentangan.

BACA JUGA: Sudah Kenyang Janji, Orang Muhammadiyah tak Mudah Percaya Janji Manis Capres, Ini Alasannya

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

.

Ia berkata, dalam konteks politik, situasi seperti ini sering disebut sebagai “duopolis” atau sistem politik yang didominasi oleh dua kekuatan utama. “Kalau kami boleh nitip aspirasi kepada sembilan partai politik itu, kami nitip jangan hanya dua pasang (capres-cawapres), minimal tiga. Supaya kita punya banyak pilihan. Kalau dua itu seperti benar dan salah,” ujar Prof Abdul Mu’ti dalam Peneguhan PDM/PDA Depok Periode 2022-2027, Ahad (22/7/2023), seperti dinukil dari situs resmi Muhammadiyah.

Prof Abdul Mu’ti menyampaikan keprihatinannya terhadap polarisasi politik yang terjadi pada Pemilu 2019, di mana hanya terdapat dua pasang calon yang kuat bersaing. Ia berpendapat, risiko politik dari situasi tersebut masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bentuk ujaran-ujaran yang memprovokasi di media sosial dengan istilah “cebong” dan “kampret” yang merujuk kepada pendukung masing-masing kubu.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah Sholat Id di Lapangan Bukan di Masjid?

Karena itu dengan pendekatan “wait and see“, Muhammadiyah berusaha untuk tetap netral dan memberikan dukungan aspirasional kepada berbagai partai politik. Sehingga diharapkan akan muncul lebih banyak pilihan calon yang dapat dipertimbangkan dengan matang dalam pemilihan presiden selanjutnya.

Prof Abdul Mu’ti, menyatakan Muhammadiyah bukanlah kendaraan politik praktis, sehingga Muhammadiyah tidak akan terlibat secara langsung dalam politik praktis terutama terkait Pemilihan Presiden (Pilpres), termasuk tidak akan mendeklarasikan dukungan untuk capres tertentu. “Soal Pilpres Muhammadiyah wait and see saja," kata Prof Abdul Mu’ti.

BACA JUGA: Orang Muhammadiyah Ternyata Juga Yasinan, Begini Cara Praktiknya

Pilpres dan Pemilu adalah urusan ketua parpol...

Berita Terkait

Image

Ilmuwan Dunia Sebut Muhammadiyah Ormas Islam Terbesar di Indonesia dan Dunia, Ini Buktinya

Image

Alasan Orang Muhammadiyah tak Baca Doa Qunut, tidak Ikut Tahlilan, dan Disebut Anti Ziarah Kubur

Image

Di Masjid Muhammadiyah Usai Sholat tak Ada Dzikir dan Doa Berjamaah, Ini Alasannya