Legenda

Kampung Pecah Kulit: Belanda Eksekusi Mati Orang Jerman, Tubuhnya Ditarik Delapan Kuda

Monumen Pieter Erberveld di Jacatraweg Batavia (sekarang Jl Pangeran Jayakarta Jakarta) pada tahun 1900-1918. Di monumen tersebut terdapat tengkorak Pieter Erberveld yang mati dieksekusi Belanda dengan cara tubuhnya ditarik menggunakan kuda. Foto: IST.
Monumen Pieter Erberveld di Jacatraweg Batavia (sekarang Jl Pangeran Jayakarta Jakarta) pada tahun 1900-1918. Di monumen tersebut terdapat tengkorak Pieter Erberveld yang mati dieksekusi Belanda dengan cara tubuhnya ditarik menggunakan kuda. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kehadiran orang Jerman di Nusantara berlangsung jauh sebelum kehadiran VOC dan berakhir setelah Perang Dunia II. Saat itu pemerintah kolonial Belanda membubarkan komunitas Jerman di Indonesia sebagai reaksi atas masuknya tentara Nazi ke Belanda. Padahal kala itu, komunitas Jerman di Indonesia merupakan koloni terbesar kedua dengan jumlah sekitar delapan ribu warga, setelah komunitas Belanda sendiri.

Pada 1790-1808, terdapat 2.000 tentara Jerman berpangkalan di Indonesia. Mereka adalah anggota dari Resimen Wuttemburg yang disewa sebagai tentara bayaran oleh VOC, saat menghadapi Inggris.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Lap Gelas Pakai Celana Dalam, Aduk Kopi Pakai Sikat Gigi

Orang Jerman lainnya adalah Hertog Bernhard yang menjabat panglima Tentara Hindia Belanda di Indonesia (1847-1851). Seperti juga Imhoff, bekas kediamannya hingga kini masih ada di Pejambon, dikenal dengan ‘Gedung Pancasila’.

Di antara belasan warga Jerman yang tercatat dalam sejarah Indonesia, terdapat Pieter Elberveld. Ia pada 1722 dieksekusi secara kejam karena dituduh memberontak terhadap VOC.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Dimaki Bodoh, Tukang Becak Bilang Kalau Bisa Baca Sudah Jadi Polisi

Tempat eksekusinya hingga kini dinamakan Kampung Pecah Kulit karena ia ditarik empat ekor kuda yang berlari secara berlawanan. Hingga kulit dan badannya pecah-pecah. Kampung Pecah Kulit kini berada di Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat.

Kisah kematian Pieter Erberveld memang menjadi cerita legenda, khususnya bagi warga Kampung Pecah Kulit. Dia diceritakan berpihak kepada pribumi, meski berdarah Eropa-Asia (Jerman-Siam).

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Babi Saja Buatan Tuhan Diharamkan, Apalagi Wayang Buatan Manusia

Ketidaksukaan Belanda pun memuncak dan menuduhnya merencanakan pembunuhan terhadap para petinggi Pemerintah Kolonial. Sempat sulit ditangkap, Pieter yang disebut memiliki kesaktian akhirnya berhasil diamankan aparat Hindia-Belanda.

Pemerintah Kolonial yang percaya akan cerita Peiter hanya bisa mati jika dieksekusi dengan cara tubuhnya ditarik pakai kuda, lalu melaksanakan eksekusi mati kejam tersebut. Tubuh Pieter diikat di empat kuda, versi lain menyebut delapan kuda. Tubuhnya lalu ditarik ke arah yang berlainan, hingga akhirnya kulitnya pecah-pecah dan mati mengerikan.

BACA JUGA: Budak-Budak Perempuan di Zaman Belanda Dipaksa Jadi PSK

Setelah Pieter dieksekusi, Belanda yang tak ingin ada pemberontakan di Batavia membuat monumen di dekat Kampung Pecah Kulit dengan tengkorak Pieter di atasnya.

"Sebagai kenangan dari pengkhianat Peter Erbervelt, tidak seorang pun kini boleh membangun, membuat, meletakan batu atau menanam di tempat ini," begitulah terjemahan dari kalimat berbahasa Belanda di monumen itu.

BACA JUGA: Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat Seperti Perbudakan di Zaman Belanda

Monumen itu dihancurkan pada zaman Jepang pada 1942, tetapi batu prasasti terselamatkan dan kini diletakan di Museum Sejarah Jakarta. Seiring waktu tengkorak Pieter di atas monumen diganti dengan tengkorak tiruan.

Saat ini di atas lahan bekas monumen tersebut berdiri dealer Toyota di Jalan Pangeran Jayakarta. Sementara replika monumen dalam bentuk yang persis sama dibangun lagi di Museum Prasasti, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BACA JUGA:
Humor Gus Dur: Sebelum Dipecat MPR, Saya Disuruh Mundur, Maju Saja Masih Dituntun

Humor Gus Dur: Bikin Heboh Indonesia Mengaku Keturunan China Bermarga Tan di Singapura

Humor Gus Dur: Pesawat Santri Terbang ke Matahari Biar Gak Panas Berangkatnya Habis Maghrib

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Shalat di Masjid Istiqlal, Mabuk di Restoran Bioskop Capitol