Sejarah

Gereja Tertua di Indonesia dan Asia Timur Ternyata Ada di Jakarta, Namanya Diambil dari Nama Bukit di Palestina

Gereja Sion Jakarta merupakan gereja tertua di Indonesia.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Perayaan Natal setiap 25 Desember masih terasa di beberapa sudut kota Jakarta. Umat Nasrani pun merayakan Natal dengan khitmad di gereja. Bicara gereja, tahukah Sedulur gereja paling tua di Indonesia dan bahkan salah satu yang tertua di Asia Timur ternyata ada di Jakarta dan masih berdiri hingga saat ini.

Gereja tersebut adalah Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Sion Jakarta. Gereja Sion dikenal juga dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis yang terletak di Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya. Gereja ini dibangun pada 19 Oktober 1693 lewat peletakan batu pertama oleh Pieter van Hoorn dan tidak berubah sejak pertama didirikan.

GPIB Sion adalah gereja tertua di Indonesia dan salah satu yang tertua di Asia Tenggara dan bahkan Asia Timur. Gereja Sion hanya kalah tua dari Basilika St Martin di Filipina yang selesai dibangun tahun 1575.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Bolehkah Muslim Ikut Merayakan dan Mengucapkan Selamat Natal? Ini Penjelasan Muhammadiyah

Dinukil dari buku Gereja-gereja tua di Jakarta karya Adolf., Heuken, (2003) terbitan Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, awalnya, gereja ini diperuntukan bagi orang-orang tawanan Portugis Mardijkers. Namun pada waktu yang sama dengan selesainya pembangunan gereja, khutbah pertama berbahasa Belanda dibawakan Pendeta Theodarus Zas.

Sempat ditutup pada masa pendudukan Jepang, karena mereka ingin menjadikan gereja tersebut sebagai tempat penyimpanan abu tentara Dai Dippon yang tewas dalam perang. Namun gereja itu kembali dibuka pada 1946 oleh Charles Poire, seorang pendeta Inggris yang kemudian menamai gereja ini sebagai Gereja Sion pada 1951. Pada 1965 gereja berubah nama baru menjadi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Sion.

Masyarakat kini mengenal bangunan itu dengan Gereja Sion. Sion berasal dari nama sebuah bukit di daerah Palestina berbahasa Ibrani dan merupakan lambang keselamatan pada bangsa Israel kuno.

Baca Juga: Ustad Khalid Basalamah Dukung Gerakan Netizen Indonesia Julid Fi Sabilillah kepada Israel: Bagus Sekali, Teruskan!

Bangunan gereja ini memiliki kemegahan arsitektur serta daya tahan yang kokoh. Pada akhir abad ke-17 kawasan ini merupakan kawasan elite dan banyak bangunan rumah mewah dengan halaman mewah.

Disebut Gereja Portugis karena saat kapal-kapal Portugis singgah di pelabuhan Sunda Kelapa dan ditandatangani perjanjian dengan raja Hindu-Sunda. Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis selesai dibangun pada 1695 untuk menggantikan pondok kayu sederhana yang sudah tidak memadai bagi umat Portugis Hitam.

Para tawanan Portugis dan para budak dari India, Portugis Mardijkers berstatus tawanan yang berasal dari Malaya dan India untuk beribadah. VOC membawa mereka sebagai tawanan ke Batavia, menyusul jatuhnya wilayah kekuasaan Portugis di India, Malaya, Sri Lanka, dan Maluku.

Baca Juga: Tangan Penuh Darah JP Coen Usai Bantai Penduduk Banda dan Jadikan Mereka Budak di Batavia

Peresmian gedung gereja dilakukan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695 dengan dihadiri gubernur jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas. Pembangunan fisik memakan waktu sekitar dua tahun. Peletakan batu pertama dilakukan Pieter van Hoorn pada 19 Oktober 1693.

Cerita lengkap pemberkatan gereja ini tertulis dalam bahasa Belanda pada sebuah papan peringatan. Sampai sekarang, masih bisa dilihat di dinding gereja.

Gereja ini merupakan gedung tertua di Jakarta yang masih dipakai untuk tujuan semula seperti saat awal didirikan. Rumah ibadah ini masih memiliki sebagian besar perabot yang sama juga.

Bangunan Bergaya Arsitektur Romawi Kuno

Meski bentuknya tidak berubah dari sejak awal berdiri, bangunan gereja pernah dipugar pada 1920 dan 1978. Gereja Sion berdenah persegi empat di bangunan intinya, sedangkan bangunan tambahan berdenah persegi panjang.

Gereja menghadap utara, gaya interior berupa baroque sedangkan eksterior banyak dipengaruhi arsitektur Romawi Kuno. Gereja Sion terbagi atas ruang ibadat, mimbar, balkon, dan kantor gereja.

Selain itu, gereja memiliki koleksi kursi besar berukir yang dibuat pada pertengahan abad ke 17, kemudian sebuah Organ Sion (Orgel) yang masih berfungsi dan ditaruh di atas balkon gereja. Tetap berdiri dan beroperasi hingga saat ini mencapai usia 160 tahun (2020), maka Organ Sion menjadi salah satu organ dan alat musik tertua yang masih beroperasi di Indonesia.

Baca Juga: Nama Kota Tua Diganti Jadi Batavia: Ini Pintu Kecil Menuju Benteng Batavia Zaman Belanda

Gereja memiliki 7 jendela besar dan tegel terbuat dari batu andesit, bentuk atap trapezium, pintu utama terdapat di utara dan pintu lainnya berada di sebelah barat. Di sebelah barat gereja terdapat beberapa makam, salah satunya yaitu Gubernur Jenderal Henric Zwaardcroon (1728). Sebuah lonceng buatan tahun 1675 masih terpasang di sisi utara serambi gereja.

Beberapa keindahan yang dapat ditemui di Gereja Sion antara lain rayanya hiasan di mimbar gereja, balkon gereja yang dilengkapi orgel dengan hiasan-hiasan sulur yang masih berfungsi pada waktu-waktu tertentu, tympanum dan pilar-pilar semu di setiap pintu akses gereja. Karena kental nilai sejarah, bangunan gereja ini dilindungi oleh pemerintah lewat SK Gubernur DKI Jakarta CB/11/1/12/1972. Saat ini Gereja Sion telah dtetapkan sebagai Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 193/M/2017.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.