Sejarah

Menelusuri Keindahan Jalan Majapahit Rasa Eropa di Batavia

KURUSETRA -- Salam Sedulur... VOC hingga pemerintah Hindia Belanda yang menggantikannya, membangun Batavia dengan cara mencetak kota-kota di Eropa. Tak heran jika di kawasan sekitar Jalan Majapahit, Jakarta Pusat, masih terasa sisa-sisa peninggalan bangunan Eropa.

Pada 1860-an, seorang Photografer Woodbudy & Page menggambarkan ujung dari Jalan Majapahit ke arah Tanah Abang sangat lenggang. Tak seperti sekarang di mana Jalan Majapahit menjadi salah satu pusat kemacetan di Jakarta, terutama di jam-jam berangkat dan pulang kantor di kawasan Kota.

Baca Juga: Surabaya Saksi Bisu Raden Wijaya Raja Majapahit Bantai Pasukan Mongol

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada abad ke18, tidak banyak kendaraan umum, mobil pribadi, motor, apalagi Transjakarta. Saat itu jalanan tampak begitu lengang.
 
Di sekitar Jalan Majapahit ada Gedung Harmoni yang kala itu ditumbuhi banyak pepohonan di halaman depannya. Gedung yang dibangun awal abad ke-19 ini, kini menjadi bagian dari tempat parkir Sekretariat Negara (Sekneg).

BACA JUGA: Dua Alien Berusia 1.000 Tahun Ikut Sidang Parlemen Meksiko Bahas UFO

Di dekatnya ada sebuah apotek Sustav Werner Wilcke. Dia adalah orang pertama di Batavia pada 1857 mendapat izin untuk mengoperasikan apotik. Sayangnya bangunan ini sekarang sudah lenyap.

Di sebelahnya terdapat perusahaan Pouligner yang beroperasi sekitar 1860 dan 1870. Dua pintu ke arah kanan terdapat perusahaan optik (kaca mata) J Duret yang membuka tokonya 1866-1888. Masa itu dia adalah satu-satunya pemegang lisensi optik yang beroperasi di Batavia.

Baca Juga: Kapan Hari Kiamat Terjadi? Ini Jawaban Rasulullah

Rijswijkstraat, berrsama dengan Rijswijk (kini Jl Veteran) dan Noordwijk (kini Jl Juanda) pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan kawasan paling elite di Batavia. Di tempat-tempat ini terdapat sejumlah hotel yang termasuk megah menurut situasi ketika itu , berbagai tempat hiburan dan toko serba ada yang mendatangkan pakaian-pakaian mutakhir dari Paris dan London.

Sejak masa Raffles (1811-1816), pendiri kota Singapura ini telah menyulap daerah tersebut sebagai kawasan Eropa. Untuk itu, Raffles telah menggusur tempat pemakaman umum, rumah penduduk dan toko-toko milik Tionghoa.

Baca Juga: Ritual Freemason dan Umat Yahudi di Rumah Setan Batavia

Dia sendiri membangun sebuah rumah mewah (Raffles House) yang kemudian dijadikan sebagai Bina Graha oleh Presiden Sukarno. Sebelumnya, gedung ini pernah menjadi salah satu hotel megah di Jakarta: Hotel Nederlanden.

Hotel tersebut oleh Soekarno dijadikan sebagai Markas Cakrabirawa. Pasukan elite empat angkatan yang bertugas mengawal dan menjaga keselamatan Bung Karno.

.

BACA TULISAN MENARIK LAINNYA:

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi
> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam
> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

4 Patung Bersejarah Warisan Soekarno di Jakarta, Ada yang Disebut Sebagai Simbol PKI

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar