Sejarah

Tak Ada WC di Abad 18, ke Mana Orang Kalau BAB?

Sungai Ciliwung pada abad ke-18 di Batavia. Sungai Ciliwung dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia pada abad ke-18. Foto: IST.
Sungai Ciliwung pada abad ke-18 di Batavia. Sungai Ciliwung dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia pada abad ke-18. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gubernur Jenderal VOC pada abad ke-18 mengatur pemanfaatan Kali Ciliwung di sekitar Kota Tua. Salah satunya, penduduk tidak boleh BAB (buang air besar) sembarang waktu di Ciliwung. Mereka baru dibolehkan membuang kotoran manusia di Ciliwung mulai pukul 10 malam hingga menjelang pagi.

Pertanyaannya bagaimana bila penduduk ingin BAB sebelum malam? Mereka BAB di ember atau pispot.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Joroknya Orang Belanda di Batavia, Mandi Seminggu Sekali

Setiap rumah terdapat kamar yang menyediakan ember untuk BAB dan buang air kecil. Semacam toilet dan WC sekarang ini.

Baru menjelang pukul 10 malam, ember-ember yang berisi kotoran manusia itu ramai-ramai di buang ke Ciliwung. Untuk BAB orang duduk di kursi yang tengahnya berlobang dan di bawahnya terdapat ember atau pispot.

BACA JUGA: Gedung RSUD Gatot Subroto Dulunya adalah Istana Gubernur Jenderal Belanda

Kebiasaan itu dapat kita saksikan pada gedung-gedung tua di Jakarta, termasuk Gedung Museum Sejarah Pemprov DKI Jakarta di Jalan Falatehan. Gedung yang dibangun pertengahan abad ke-18 dan sejumlah gedung lainnya di kawasan ini tidak memiliki toilet, dan baru dibangun kemudian.

Ada suatu kebiasaan kala itu yang sangat tidak sehat. Penduduk, khususnya orang Belanda, meminum air Ciliwung tanpa lebih dulu dimasak, kecuali disaring.

BACA JUGA: Orang India Sudah Ada di Nusantara Sejak Abad ke-4

Kebiasaan buruk itu menyebabkan mereka menjadi sangat tidak sehat. Hingga dikepung berbagai penyakit, seperti disentri, muntah berak dan diare yang sudah menjadi penyakit endemik di Batavia.

Ketika itu Ciliwung tidak luput dari sampah, sekalipun sampah organik karena belum ada sampah plastik dan limbah industri. Orang Cina yang meminum air teh yang terlebih dulu dimasak lebih sehat dan hanya sedikit menderita penyakit tersebut.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Humor Gus Dur: Jenderal Orba Menang Lomba Tebak Umur Mumi, Caranya Dipukulin Sampai Ngaku Sendiri

> Sejarah Sumpit yang Diharamkan Dipakai Umat Islam untuk Makan

>Tak Perlu Pakai Pawang, Begini Cara Muhammadiyah Cegah Hujan

> Pawang Hujan Mandalika, Ustadz Khalid Basalamah: Pawang Hujan Itu Dukun, Haram Hukumnya dalam Islam

> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

> Humor Gus Dur: Bertemu PM Mesir Juru Catat Bingung, Apa yang Dicatat Gus Dur Hanya Cerita Lucu

> Humor Gus Dur: Dikritik Tangannya Dicium Ibu-Ibu Pengajian, Dijawab Gak Mungkin Saya Nikahi Semua

> Humor Gus Dur: Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus Dur

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Image

Sejarah Oplet Antik Si Doel yang Harganya Tembus Rp 15 Miliar