Sejarah

Sejarah Gedung MBO Sidoarjo yang Jadi Lokasi Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah di Hari Santri Nasional

 Markas Besar Oelama (MBO) Waru, Sidoarjo,

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) 2023 diisi dengan pembacaan satu miliar Shalawat Nariyah oleh jajaran NU dari pusat hingga desa pada Sabtu (21/10) jam 18.30 WIB. Pembacaan Shalawat Nariyah dipusatkan di dua titik, yakni di eks gedung Markas Besar Oelama (MBO) Waru, Sidoarjo, dan di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS).

Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah dalam rangka Hari Santri 2023 itu merupakan instruksi PBNU kepada PWNU (provinsi), PCNU (kabupaten/kota), dan MWC NU (kecamatan) serentak se-Indonesia. Kalau PWNU lain mengadakan acara itu di kantor, maka PWNU Jatim mengadakan di MBO dan MAS.

Baca Juga: Benarkah Kekuasaan Kerajaan Majapahit Hanya Manipulasi Sejarah yang Diciptakan Penguasa?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

PWNU Jatim menempatkan lokasi "Pembacaan Satu Miliar Shalawat Nariyah" dalam rangkaian Hari Santri 2023 di eks gedung MBO yang bersejarah. Alasannya dipilih gedung MBO karena Hari Santri memiliki kaitan dengan sejarah perjuangan kaum santri untuk membela kemerdekaan negara yang dikenal dengan Pertempuran 10 November 1945.

Dalam sejarahnya, MBO merupakan markas perjuangan para ulama, seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dalam menggembleng spiritualitas santri agar memiliki semangat juang. Semua itu terbukti dengan kemenangan Arek-Arek Suroboyo dan pemuda daerah lainnya untuk membela kemerdekaan yang sudah diproklamasikan Soekarno-Hatta. Spirit itu diperkuat dengan keluarnya Resolusi Jihad.

Baca Juga: Sejarah, Lirik dan Terjemahan Lagu Genjer-Genjer Sempat Dilarang Dinyanyikan karena Terkenal Sebagai Lagu PKI

Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 itu ada kaitannya dengan peran kaum santri, yang hal itu bukan hanya di garda depan di kota Surabaya, tapi juga berangkat dari markas-markas perjuangan para ulama di daerah-daerah perbatasan ke arah Surabaya, seperti di Waru, Sidoarjo.

Gedung MBO pun rencananya akan direvitalisasi. Dalam buku "Perjuangan Laskar Hizbullah" karya Isra Kayyis (cetakan 1 Tahun 2015, Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, Jombang) pada halaman 193 dijelaskan pada 3 Desember 1945, Laskar Hizbullah dipindahkan ke Waru, menempati perumahan bekas Pabrik Gula. Catatan itu menguatkan adanya markas ulama yang menjadi tempat penggemblengan pejuang-pejuang santri yang turut bertempur di Kota Pahlawan Surabaya, pada Pertempuran 10 November 1945.

Baca Juga: Sejarah Reog Ponorogo yang Diusulkan Jadi Warisan Budaya tak Benda UNESCO, Pernah Diklaim Malaysia

Bahkan, disebutkan markas itu merupakan tempat melakukan konsolidasi kekuatan yang ditempatkan di daerah di luar jangkauan artileri Sekutu. Sementara dalam buku "TRI Hizbullah Berjuang" karya Abdul Jalal SH yang terbit pada 11 September 1982 disebutkan, pasukan Hizbullah meminta agar surat undangan disebar kepada para ulama sekitar Jawa, minta doa ke kiai di markas Waru, Sidoarjo, Jatim.

Catatan lain yang menguatkan keberadaan MBO itu juga ditulis putra KH Hasyim Latief, yakni dr H Fathoni Rozi, dalam buku "Kyai Hasyim Latief, Pejuang dan Pendidik" (Penerbit Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif Sepanjang, Sidoarjo, cetakan Mei 2005, halaman 20) bahwa Kiai Hasyim Lathief siaga di markas kiai, Desa Pagerwojo, Waru, Sidoarjo, (barat Kota Surabaya).

Baca Juga: Ditulis dengan Huruf Pallawa, Prasasti Tugu di Museum Nasional Ungkap Sejarah Jakarta Sejak Raja Tarumanegara

Artinya, sejarah yang terkait Hari Santri perlu direvitalisasi untuk menunjukkan peran santri dan ulama dalam perjuangan bangsa. Lebih dari itu, Hari Santri juga penting untuk dimaknai dengan pentingnya semangat cinta Tanah Air.

Hari Santri sejatinya bukan bermakna khusus, apalagi hari khusus untuk santri. Hari Santri memiliki makna penting yakni tentang hubbul wathon minal iman (cinta Tanah Air adalah sebagian dari Iman).

Baca Juga: Mulai 24 Oktober 2023 WhatsApp tak Bisa Dipakai di 18 HP Android, Ini Daftarnya

Santri Cinta Tanah Air

Cinta Tanah Air (hubbul wathon) itu seperti cinta yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dengan kerinduan/kecintaan Nabi kepada Mekkah, ketika Rasulullah berada di Madinah yang jauh dari tanah kelahirannya itu. Upacara peringatan Hari Santri Nasional 2023 dipimpin Presiden Joko Widodo, dengan komandan upacara Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dipusatkan di Tugu Pahlawan Surabaya pada 22 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB.

Tidak hanya upacara Hari Santri Nasional (HSN) di Tugu Pahlawan, rangkaian HSN 2023 juga mengandung makna historis, yakni rencana pertemuan Presiden dengan ulama setelah upacara HSN 2023 di kantor PCNU Kota Surabaya, yang merupakan tempat perumusan Resolusi Jihad oleh para ulama.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Berita Terkait

Image

Halal Darah Warga Muhammadiyah, Gus Baha: Perbedaan Fiqih NU dan Muhammadiyah Lumrah dalam Islam